BAGIAN 23

85 7 0
                                    

Kami dibawa menyusuri setiap lorong yang ada di istana Ruby

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kami dibawa menyusuri setiap lorong yang ada di istana Ruby. Ntah dimana orang bernama Feer berada yang pasti kami sudah melewati sebagian dari lorong yang ada di istana berwarna merah dan putih tulang ini.

Meraz tampak masih menjahili Vero dengan gurauan yang sama membuat Vero tersulut emosi dan hampir menimpuknya dengan sebuah hologram di tangannya.

"Feer sedang sibuk dengan buku-bukunya di ruangan paling belakang." Ujar Meraz setelah puas menjahili Vero. Kami menatapnya dengan tatapan bertanda tanya.

"Ruangan belakang?" Ulang Aiden yang terlihat bingung.

Meraz mengangguk.

"Apa yang dilakukan disana?" Tanya Vero terlihat masih sebal dengan gurauan Meraz tadi.

Meraz menggidikkan bahunya. "Mana aku tahu, kalaupun tahu takkan kukatakan pada kalian." Jawabnya kali ini dengan nada lugas. "Nah, Feer ada di sana."

Tangan Meraz menunjukkan ke sebuah pintu kayu yang di ukir menjadi tumbuhan bunga mawar yang sangat rapi. Bahkan tinggi pintu tersebut sampai tiga kali lipat tinggi badan kami terlihat memiliki ganggang pintu yang berwarna emas mengkilap.

"Kenapa kau tidak mengantarkan kami ke depan pintu itu?" Tanya Vero dengan wajah heran.

"Dan mendengarkan celotehan pria tua itu? Tidak terimakasih Vero aku sudah kenyang soal itu." Meraz menjawab sambil menyilangkan tangannya di depan.

Kami akhirnya mendekati pintu tersebut sedangkan Meraz akan kembali ke ruangannya melaksanakan kembali tugasnya sebagai penjaga luar istana Ruby.

Pintu tinggi tersebut memiliki aroma yang wangi. "Aroma bunga mawar." Seru Anna terlihat senang. Ia terlihat menghirup dalam-dalam aroma dari pintu tersebut.

Aiden ikut mencium aroma dari pintu kayu tersebut dan mengangguk setuju dengan perkataan Anna tadi. Memang aroma bunga mawar yang ada di pintu tersebut. Aku agak terkejut bahwa bagian dalam dari istana ini juga masih terlihat normal. Tidak menggunakan pintu bulat atau barang-barang melayang.

"Feer!" Panggil Vero dari luar pintu.

"Kenapa tidak membuka pintunya?" Bisik Anna padaku.

"Ntahlah." Jawabku dengan bisikan.

Tak ada satupun respon yang ada di balik pintu tersebut membuat Vero jengkel sesaat. "Aku membawa kabar dari Mia."

Pintu itu mendadak berbunyi tanda di buka. Perlahan pintu kayu itu terbuka lebar dan memperlihatkan isi dari ruangan tersebut.

"Apa? Dimana cucu manisku?" Tanya seorang pria yang mengenakan baju serba putih bahkan rambutnya sudah memutih, menggunakan sebuah tongkat kayu yang memiliki sebuah permata aneh di atasnya.

Aku tercengang. Jika di tebak-tebak mungkin pria tua di hadapanku ini sudah berkumur satu abad. Ia terlihat masih memiliki tatapan mata tajam dan suara yang berat seakan tak dimakan usia.

RUBY [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang