BAGIAN 16

155 10 0
                                    

"Kita ada dimana?" Itulah pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Anna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita ada dimana?" Itulah pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Anna. 

Kami terjatuh ke dalam tanah, tadinya. Namun kini kami tengah mendarat si sebuah halaman yang ditumbuhi rumput, terlihat terawat. Aku, Anna, dan Aiden kini tengah terduduk di halaman rumput. Kami memerhatikan sekitar yang terlihat sangat berbeda. Anna kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama lagi. Aku menggelengkan kepala. Cahaya tadi benar-benar membuat sakit mata hingga membuat kami semua tak paham akan apa yang terjadi saat ini. Dimana kami saat ini? Dan kenapa kami bisa jatuh ke dalam tanah?

Ada sebuah pintu di depan kami. Tepatnya mungkin saat ini kami berada di halaman belakang rumah seseorang. Pintu tersebut terlihat bulat seperti kapsul, tak memiliki sudut yang segitiga. Ganggang pintu mendadak bergerak bersamaan dengan suara orang yang bercakap-cakap, sekitar dua atau tiga orang. Sebelum sempat kami berpikir pintu sudah terbuka. Kami semua saling menatap. Aku, Anna, dan Aiden bertatapan langsung dengan tiga orang di ambang pintu. Ada seorang wanita dengan baju putih yang ntah kenapa mirip dengan cheongsam China, seorang pria dengan pakaian berwarna putih juga dan satu lagi seorang anak perempuan yang terlihat baru berumur 4 atau 5 tahun. Anak itu terlihat kaget dan langsung memeluk sang ibu. Ayah dari anak itu melangkah maju terlebih dahulu, bicara namun tak kupahami saat itu. Melihat wajahnya yang bingung sepertinya dia sedang bertanya kepada kami bertiga.

Anna terlihat terkejut juga, ia merapat ke dekatku. Membisikkan sesuatu, bertanya dimana kami dan siapa mereka. Aiden tetap diam jamuan tangannya mulai meraih tasku dan tas Anna yang terlepas dari punggung saat jatuh tadi.

Ayah dari si kecil terlihat masih bertanya, ia berseru namun tidak terlihat marah kepada kami. Sang ibu juga berusaha menenangkan anaknya yang terlihat takut. Ayah si kecil itu bergerak lebih dekat, menatap kami semua satu persatu. Lalu menoleh ke belakang dimana anak dan istrinya berada.

"Anak-anak siapa ini? Aneh baju mereka. Panggil petugas keamanan haruskah kita?"

Ibu si kecil menggelengkan kepala, ia ikut maju saat anaknya sudah tak lagi memeluk erat. Dia berkata dengan nada lembut, "tersesat mereka. Bingung juga mereka terlihat. Dicemaskan tidak perlu, mereka terlihat tidak berbahaya." Mereka terlihat berbincang-bincang saru sama lain.

Aku menoleh ke arah Anna, kalimat yang dikatakan mereka berdua hanya kata-kata yang di susun terbalik, masih bisa kami pahami walaupun sedikit terdengar aneh.

Si kecil terlihat mulai mengintip kami dari balik kaki sang ibu. Ia terlihat penasaran dengan kami bertiga.

"Mereka terlihat tersesat, apakah saluran transportasi kembali bermasalah? Bukankah sudah di perbaiki tiga hari yang lalu?" Ibu si kecil bicara dengan nada heran.

Ayah si kecil menggelengkan kepalanya, "sepertinya begitu, namun bisa saja mereka salah membuka pintu bukan?" Ia berkata sambil mengangkat bahunya sesaat.

"Maaf," aku mengangkat tangan kanan dan berkata dengan suara pelan.

Mereka berdua menoleh.

"Maaf, kami tidak salah membuka pintu." Aku berkata sambil menggelengkan kepala. "Kami bertiga ada di rumah tadi, tiba-tiba saja sudah ada di sini." Tambahku walau sedikit berbohong, kami memang ada di rumah tadi hanya saja itu bukan rumah kami hanya sebuah rumah kosong.

RUBY [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang