BAGIAN 34

66 6 0
                                    

Meja makan kembali ramai oleh kami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meja makan kembali ramai oleh kami. Aurora kembali memasak makan malam untuk kami semua, masih dengan menu yang sama sup hitam.

"Apakah kau sudah baik-baik saja, Ive?" Tanya Anna, sepertinya dia masih merasa bersalah karena mengeroyokku dengan Aiden tadi.

Aku mengangguk dengan senyum lebar. "Aku sudah baik-baik Anna. Feer sudah mengobatiku." Jawabku sambil mengangkat tangan dengan semangat.

Ternyata Feer memiliki tektik penyembuh. Bukan seperti kekuatan tak kasat mata ataupun sentuhan hangat yang bisa menyembuhkan luka. Feer membakar ku. Ya kalian tak salah membacanya, Feer membakar ku dengan api Phoenix namanya. Sebuah api berwarna biru yang terasa dingin dan bisa menyembuhkan luka dan cidera orang-orang yang dibakar dengan api tersebut.

Aiden menjelaskan kalau teknik penyembuhan milik Feer persis seperti mitos dalam budaya China, seekor burung Phoenix yang sangat indah yang bisa menyembuhkan luka.

Mia dengan lahap memakan sup buatan Mamanya. Aku dan Anna masih berbincang soal latihan kami tadi dan di berikan saran oleh Feer agar lebih berhati-hati lagi. Luka yang kuderita memang tak parah tapi tetap saja jangan membuang-buang banyak tenaga sampai cidera.

Makan malam kami berlangsung dengan gembira. Sepertinya masalah kami yang di kejar Lozen tadi sempat terlupakan dengan suasana meja makan yang sangat ramai. Mia sampai bernyanyi sesudah makan untuk menghibur ayahnya.

Pukul setengah sembilan malam. Mia terlihat sudah sangat mengantuk, anak itu mengucek matanya sambil mendekati Aurora.

"Mama, aku ingin tidur." Ucapnya.

Aurora mengangguk dan langsung menggendong gadis kecil itu. Mereka meninggalkan meja makan dan menuju ke sebuah kamar. Kini tinggal aku, Anna, Aiden, Vero,dan Feer di ruangan makan tersebut.

Anna menghela nafas panjang. "Sepertinya kita akan kena marah nanti begitu pulang." Ujarnya dengan anda lesuh.

Aku mengangguk setuju. Mungkin Mama akan mengomeliku habis-habisan nantinya begitu pulang ke rumah, walaupun kemungkinan kami pulang sangatlah kecil.

Aiden melipat kedua tangannya di belakang kepala, "merepotkan sekali hidup kalian." Ujarnya dengan nada mengejek.

Aku dan Anna menatapnya dengan sinis, "kau saja yang terlalu santai, apakah kau tidak takut dimarahi oleh Mama dan Papamu begitu pulang ke rumah?" Tanya Anna dengan wajah sebal.

"Tidak lagipula aku juga tidak peduli dengan mereka dan juga sebaliknya." Jawab Aiden dengan nada cuek.

Aku menatapnya sebal. Memang bicara dengan Aiden hanya akan membuatmu naik darah saja. Kami bertiga bertengkar sedangkan Vero dan Feer tertawa kecil melihat kami.

Tiba-tiba hologram di tangan Vero mendadak menyala. Kami semua terdiam dan memerhatikan benda tersebut.

"Ayah!"

RUBY [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang