SYA3 - 010

138 41 37
                                    

SPAM KOMEN YUK 😍
JANGAN LUPA VOTE JUGA, GAES.

Yang belum vote chapter sebelumnya,
tolong di vote dulu ya, say :)


•••



Meeting besar yang hari ini Minho hadiri, ternyata harus berlanjut lagi setelah jam makan siang. Hal tersebut mengundang desahan panjang dari Minho yang sudah ingin sekali untuk mengistirahatkan tubuhnya. Entahlah, tetapi ia merasa lelah akhir-akhir ini. Kinerja mesin pada otak yang sebelumnya sudah dingin, terpaksa harus memanas lagi karena dipakai untuk membicarakan bahasan-bahasan penting demi masa depan perusahaan. Well, Minho tak memiliki pilihan selain turut serta.

Niat hati ingin pulang lebih cepat seusai meeting, harus Minho urungkan karena Hyunjae tiba-tiba menahannya. Karena khawatir dengan tekanan darah Hyunjae yang kapan saja bisa kambuh jika dirinya membantah, terpaksa dengan berat hati Minho menuruti ajakan pria tua tersebut. Ya, mau tidak mau! Sungguh, demi apapun Minho sangat menyayangi kakeknya. Dan julukan kecilnya sebagai cucu yang pembangkang, akan ia buktikan sendiri bahwa itu tidak benar. Minho akan menuruti apapun keinginan kakeknya selama itu tidak diluar nalar.

Minho dan Hyunjae menaiki kendaraan yang berbeda, menuju suatu tempat di pinggiran kota Incheon guna meninjau aktivitas salah satu anak perusahaan dari Lee Group. Sesampainya di sana, tidak banyak yang dapat Minho lakukan. Hanya sesekali mengangguk ramah serta tersenyum tipis kala para pegawai kakeknya menyapa. Wajahnya yang rupawan bak pahatan sempurna seorang dewa, tidak pernah gagal untuk mengundang bisikan riuh para pegawai wanita di sana. Berebut hak milik, pun menerka-nerka siapa di antara mereka yang bisa merebut hati seorang cucu dari Tuan Lee.

Beberapa pegawai terus mencuri pandang untuk mengagumi ciptaan Tuhan yang kapan lagi dapat mereka lihat. Ditambah lagi balasan senyum yang dipancarkan oleh Minho, sungguh sebuah serangan pesona yang tak dapat mereka tolak. Always, perfect! Namun yah-, namanya juga manusia. Di tengah-tengah puluhan orang yang masih saling berbisik kagum, selalu ada satu atau dua orang oknum yang melontarkan statement ketidakpercayaan. Dengan raut remeh dan sorot penuh curiga, mereka bergumam perihal 'bagaimana bisa tuan Lee yang sudah tua itu, memiliki cucu yang tampannya tidak kira-kira!'.

Minho baru saja tiba di apartemennya ketika waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam dengan traffic yang luarbiasa di akhir pekan, tubuh Minho yang semula prima di pagi hari, dibuat lunglai dan lesu seusai menyelesaikan dinas luar kotanya dalam seharian ini.

Minho masuk ke apartemen dengan langkah gontai, dan langsung menuju dapur untuk mengambil satu kaleng beer dari dalam lemari pendingin. Minho meneguknya sampai habis untuk meredakan dahaga, lalu setelahnya menarik satu kursi makan dan duduk di sana. Sejenak Minho menghela nafas ringan di dalam kegelapan. Meski akhir-akhir ini mood-nya selalu membaik sejak adanya kehadiran Lee Taeri, tetapi tubuhnya berkata lain dengan terus mengajaknya supaya beristirahat. Minho, pria itu begitu lelah.

Beberapa menit berlalu ketika Minho masih berdiam diri dalam sepi. Ikatan dasinya ia longgarkan, pun jas mahalnya ia tanggalkan di bahu kursi dengan tergantung bebas. Sorot matanya yang sudah jelas terlihat lelah, mulai berubah sayu kala melihat foto sang istri yang masih ia simpan rapi hingga kini di dalam galeri ponselnya. Perlahan kepingan memory tentang Jisu kembali muncul dan-, oh shit! Pikiran Minho mulai kacau hanya dengan memikirkan persamaan di antara sosok Jisu dan Taeri.

See You Again 3 || Lino & Lia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang