SYA3 - 016

204 35 26
                                    

SPAM KOMEN YUK 😍
JANGAN LUPA VOTE JUGA, GAES.

Yang belum vote chapter sebelumnya,
tolong di vote dulu ya, say :)


•••



"Jika kau sangat mencintainya, kenapa kau tidak bersamanya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika kau sangat mencintainya, kenapa kau tidak bersamanya?"

"Uhm, mungkin takdir? Ada suatu hal yang tidak bisa ku ceritakan. Maafkan aku."

"It's okay, tidak masalah."

Taeri tersenyum getir, menatap wajah kecewa Minho yang tidak dapat pria itu sembunyikan, "Doakan saja, ya. Semoga ke depannya bisa diberikan jalan yang baik oleh Tuhan. Aku hanya berharap bisa kembali lagi bersamanya. Bukan hanya dengan melihatnya saja. Tapi juga bisa memeluknya, bisa bergurau bebas tanpa memikirkan waktu dengannya, bisa makan di satu meja yang sama dengannya, bisa menciumnya.. Ah, kenapa aku jadi ingin menangis? Maaf, maaf." Ujar Taeri seraya menyeka air matanya yang hampir saja lolos. Sementara Minho, hanya dapat duduk terpaku di tempatnya. Pria itu tidak tahu harus menanggapi seperti apa kisah cinta yang di ceritakan oleh Taeri. --- "Kau ingin tambah air tehnya tidak? Aku akan memanaskannya lagi di dapur. Minum teh hangat sebelum tidur bisa membuat tidurmu jadi lebih nyenyak." Sambungnya mengalihkan topik obrolan.

Harusnya Minho menjawab tidak, mood-nya memburuk. Jelas-jelas otaknya memberi perintah, tetapi hati dan bibirnya selalu saja melakukan pembelotan. Seluruh bagian di dalam tubuhnya seakan menurut, pun seolah mulutnya memang sudah di setting sedemikian rupa hanya untuk bisa menjawab 'iya' jika itu adalah sebuah tawaran atau pertanyaan yang terlontar dari bibir Taeri. Sepayah itu pria yang bernama Lee Minho. Selain mood yang tiba-tiba memburuk, dahaganya juga menghilang sempurna hanya karena mendengar kisah tidak bermutu milik wanita itu.

"Boleh. Kau juga sekalian. Milikmu habis." Ucap Minho yang langsung di angguki oleh Taeri. Wanita itu meninggalkannya dengan berjalan meraba, akibat penerangan minim dan jarak pandang yang terbatas.

Tidak bertindak serta merta karena memiliki majikan yang kaya raya, Taeri hanya menyalakan lilin seperlunya. Meski dirinya tidak menyukai kegelapan, itu tidak membuatnya berpikir untuk menyalakan semua lilin dan menaruhnya di segala tempat. You know, guys. Itu adalah suatu bentuk pemborosan yang sia-sia. Menurut Taeri, tidak perlu sampai berlebihan seperti itu. Jika memang listrik sedang padam, ya sudah, bersabar saja. Tidak perlu banyak mengeluh dan bersikap berlebihan dengan menjadikan ruang yang memang ditakdirkan gelap, harus terang benderang layaknya sinar matahari yang menyilaukan bumi. Jangan memaksa, karena siang dan malam saja tahu kapan mereka harus bekerja.

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memanaskan air teh, Taeri akhirnya kembali ke ruang tamu. Saat tiba, Minho tampak sedang sibuk memandangi layar ponselnya sembari mengetikkan sesuatu di sana. Dan tanpa Minho sadari, senyumnya yang terukir begitu tipis saat mengirim pesan, berhasil ditangkap oleh Taeri selama sepersekian detik. Setelah mengirim pesan pada seseorang, atensi Minho teralihkan pada kehadiran Taeri yang sudah duduk manis di tempat semula. Taeri membawa termos kecil dengan isinya yang masih mendidih. Well, harusnya Taeri cukup menghangatkannya saja, bukan memanaskannya. Dampak dari melamun ketika memanaskan air di dapur tadi, membuatnya lupa akan durasi merebus yang seharusnya diperlukan. Ini, melebihi batas.

See You Again 3 || Lino & Lia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang