SYA3 - 011

159 45 54
                                    

SPAM KOMEN YUK 😍
JANGAN LUPA VOTE JUGA, GAES.

Yang belum vote chapter sebelumnya,
tolong di vote dulu ya, say :)


•••



Keesokan harinya, jam di dinding sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya, jam di dinding sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Sinar mentari yang hangat sudah menyinari rata seluruh jagad Korea tanpa terkecuali. Taeri baru saja selesai membersihkan diri, berendam dan mencuci rambut panjangnya dengan air hangat sebagai bentuk rileksasi. Beruntung hari ini adalah hari Minggu, sekiranya ia dapat bergerak sedikit lebih santai untuk sekedar menyiapkan sarapan ataupun membersihkan apartemen. Hal yang menyenangkan sebab tak ada pengingat alami dari alam bawah sadarnya yang memaksa untuk bangun cepat dan buru-buru beraktivitas. Mengingat ini adalah hari libur, pasti si bos kaya raya itu juga libur, 'kan? C'mon, siapa pula yang akan pergi bekerja di hari libur?

Ah, ngomong-ngonong soal si bos! Tiba-tiba pikiran Taeri membawanya lagi pada ingatan semalam, mengenai Minho yang tampak terlihat kesal pada dirinya. Ketika menatap pantulan dirinya di cermin sembari mengaplikasikan krim pelembab pagi, Taeri masih saja tidak mengerti tentang kesalahan apa yang telah ia lakukan sehingga membuat pria tersebut tampak begitu kesal. Samar-samar, tidak ada jawaban spesifik. Bisa dikatakan, pria itu mulai sensitif ketika mereka membahas perihal 'bagaimana cara untuk menyikapi rasa hampa'. Namun, bukankah itu pembahasan yang ringan? And, why? Mengapa pria itu bersikap demikian? Setidaknya jika ingin marah, tolong beritahu alasannya!

Meski telah mencoba untuk menggerus kinerja otak dengan memikirkannya berkali-kali, hasilnya tetap nihil. Taeri tak menemukan jawaban pasti atas alasan mengapa Minho terlihat begitu marah. Taeri menghela nafas panjang, berharap hari ini akan menjadi hari yang baik untuknya. Dan entah bagaimana nanti, rasanya Taeri harus resistan untuk lebih mampu bersikap masa bodoh. Ya, terserah saja! Ia tidak perlu ikut campur dengan apapun yang menjadi kegundahan orang lain. Demi kewarasan batinnya sendiri. Ingatkan Taeri bahwa dirinya datang untuk bekerja. Ia tidak boleh memikirkan hal-hal aneh lain yang sekiranya dapat mengacaukan niat juga konsentrasi.

Seusai memakai pakaian lengkap serta membungkus surainya yang basah dengan handuk, Taeri berjalan ke arah pintu untuk mengintip situasi di luar. Keadaan sepi menjadi hal yang ia pastikan bahwa sang tuan rumah belum bangun dari tidurnya. Sepertinya, sekarang adalah waktu yang tepat untuk menyiapkan sarapan. Demi meminimalisir rasa canggung yang akan tercipta, menghindari Minho untuk beberapa jam ke depan tampaknya sangat diperlukan. Dan berhubung Taeri tidak ingin membangunkan bos kaya raya yang masih tidur di dalam kamar tuan putri, ia memasak dan menyiapkan segala sesuatunya dengan hati-hati. Bergerak selembut mungkin supaya tidak menimbulkan bunyi kegaduhan.

See You Again 3 || Lino & Lia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang