SYA3 - 014

152 35 13
                                    

SPAM KOMEN YUK 😍
JANGAN LUPA VOTE JUGA, GAES.

Yang belum vote chapter sebelumnya,
tolong di vote dulu ya, say :)

•••


Setiap manusia memang memiliki pertahanan diri yang berbeda-beda, banyak macamnya. Dan untuk menghadapi orang asing, kadang beberapa insan manusia harus melupakan kenyamanannya sendiri untuk sesaat. Namun yah, seperti ucapan mayoritas orang tempo dulu yang berkata bahwa rasa nyaman bisa muncul dengan sendirinya karena terbiasa, memang ada kalanya itu benar. Yang awalnya asing, dapat berubah menjadi 'salting'.

Dengan kedua mata yang telah terbuka sempurna, Taeri meringis melihat apa yang ada di hadapannya saat ini. Untuk kedua kalinya, ia tidur seperti orang yang tak memiliki nyawa dan berakhir memalukan. Bagaimana bisa dirinya tidak sadar tengah memeluk Minho saat ini?

"Bodoh!" Rutuk Taeri lirih dengan gemas, merasa kesal dengan dirinya sendiri.

Bisa saja Taeri marah pada Minho karena dengan beraninya, pria tersebut tidur di sampingnya. Tanpa izinnya. Ya, harusnya bukan seperti ini! Ingin menegur, tetapi Taeri takut jika Minho akan membalikkan semua perkataannya kala melihat dirinya tidur dengan keadaan memeluk erat pria tersebut. Sungguh, Taeri tidak ingin itu terjadi. Sangat memalukan!

Perlahan-lahan, Taeri mulai bergerak untuk melepaskan diri. Ia berterimakasih pada sinar matahari yang telah muncul sehingga dapat membangunkannya lebih dulu. Taeri tidak dapat membayangkan akan bagaimana jadinya, jika Minho yang bangun lebih dulu dan melihatnya sedang memeluk pinggangnya erat.

Ah tidak, tidak! Taeri tidak ingin membayangkannya karena hal itu, what a shame! Setelah berhasil melepaskan pinggang Minho, Taeri berbalik untuk segera bangkit dari ranjang. Namun baru saja berdiri sepersekian detik, tiba-tiba Taeri kembali tertarik ke belakang dan berakhir mendarat di pelukan Minho.

Atas keterkejutannya, Taeri secara refleks berteriak kencang dan memukul lengan pria itu, meneriakinya panik. Dan teriakan yang syukurnya tidak terlalu memekik itu, membuat Minho turut terkejut dan membuka kedua netranya cepat. Minho lantas duduk dan menatap Taeri yang sudah berdiri di samping ranjang dengan sikap waspada.

"Kau-, kenapa teriak-teriak? Bagaimana jika kakekku mendengarnya?" Tanya Minho kesal. Seketika kepalanya langsung berdenyut karena bangun secara tiba-tiba.

Taeri menutup mulutnya sendiri, sadar jika telah ceroboh, "Astaga, aku lupa! Maaf, aku benar-benar lupa jika kakekmu menginap di sini semalam. Lagipula kau sendiri, kenapa memelukku?!"

Minho menghela nafas dan mengusap wajahnya kasar, lalu sesaat mengabaikan Taeri yang masih berdiri dengan tatapan seolah menuntut jawaban. Minho memiringkan kepalanya seraya menatap Taeri dengan senyuman sinis, "Aku? Memelukmu? Yakin?"

Taeri menelan salivanya susah payah, "Iy-ya."

Lagi, Minho tersenyum miring, "Benarkah? Aku masih ingat jelas siapa di antara kita yang semalam memeluk lebih dulu."

"Tidak!" Sanggah Taeri cepat.

"Aku punya buktinya." Ucap Minho yang langsung meraih ponsel pintarnya di atas nakas.

" Ucap Minho yang langsung meraih ponsel pintarnya di atas nakas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
See You Again 3 || Lino & Lia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang