SYA3 - 018

183 37 16
                                    

SPAM KOMEN YUK 😍
JANGAN LUPA VOTE JUGA, GAES.

Yang belum vote chapter sebelumnya,
tolong di vote dulu ya, say :)




•••




Rasanya pukul setengah enam masih ada di dalam kategori waktu pagi. Langit masih abu kala sinar matahari masih bekerja keras untuk menyongsong hari para manusia di bumi. Udaranya masih sejuk ketika Taeri membuka gorden di jendela kamar utama. Dari atas sana, ia dapat melihat sudah ada beberapa penghuni apartemen yang jogging di arena taman, para lansia yang saling menyapa saat power walking, dan juga para petugas kebersihan yang mulai bekerja untuk membersihkan lingkungan. Rajin sekali! Well, malas memang tidak ada manfaatnya. Gambaran mereka-mereka ini harusnya bisa menjadi semangat bagi anak muda pemalas, dalam menghadapi krisis masa depan untuk meraih mimpi yang cemerlang. Karena bagaimanapun, malas adalah kemenangan untuk saat ini dan hanya kekalahan di masa nanti.

Beberapa saat berlalu ketika Taeri sedang menghirup udara segar dari jendela kamarnya, suara sedikit gaduh dari luar kamar utama berhasil mencuri perhatiannya. Sudah dasarnya memiliki rasa penasaran yang tinggi, Taeri melangkah pelan dan segera membuka pintu untuk memeriksa apa yang tengah dilakukan oleh bos kaya rayanya sepagi ini. Dengan lampu penerangan yang bahkan masih dalam mode remang, Taeri berjalan mengendap dan langsung mendapati Minho yang sedang berkutat dengan banyak peralatan di dapur. Membuat japchae, susu cokelat, roti tawar isi cokelat lalu di cetaknya menjadi boneka beruang, serta membuat beberapa porsi gimbap sayur dan tuna untuk kemudian dihias semenarik mungkin supaya penampilannya cantik.

Selagi Minho menyelesaikan kegiatannya, tanpa sadar Taeri tersenyum kecil. Taeri tahu jika hari ini pria itu akan pergi ke Gwangju untuk menjemput Lee Jiwoo kecil, pun ia juga paham sekali bagaimana besarnya antusiasme yang dimiliki oleh Minho sebagai seorang ayah karena akan bertemu dengan sang putri tercinta. Mengingat hari ini Minho masih harus pergi bekerja, mungkinkah pria itu akan datang ke kantor dulu untuk menyelesaikan tanggungjawabnya? Bukan hal yang aneh atau mustahil karena pria itu merupakan seorang presdir perusahaan besar. Namun, bukan tidak mungkin juga jika pria itu akan izin dari kantor dan langsung meneruskan tujuannya ke Gwangju. Beberapa menit berlalu ketika tanpa di duga, Taeri tidak sengaja terbatuk kecil hingga mengundang atensi si tuan rumah buru-buru menatapnya.

"Astaga!" Pekik Minho terkejut sembari memegangi dadanya.

"Selamat pagi." Sapa Taeri santai. Sejak sepuluh menit ia berdiri bersandar dinding tidak jauh dari dapur, Minho baru menyadari keberadaannya.

"Sejak kapan kau ada di sana? Kenapa tidak bersuara?"

Taeri memicingkan matanya, "Kau yang terlalu serius sampai tidak menyadari keberadaanku." Jawabnya santai seraya berjalan untuk menyalakan saklar terdekat dan membuka gorden balkon. --- "Rajin sekali bangun sepagi ini."

"Tentu saja. Aku akan menjemput putriku hari ini." Jawab Minho dengan raut sedikit acuh. Pria itu masih kesal dengan perdebatan semalam.

Taeri mengangguk paham, "Apa ini semua untuk putrimu?" Tanyanya saat sampai di meja makan.

"Untuk putriku, sekaligus kakek neneknya."

"Uhm, bukankah ini kurang?" Tukas Taeri seraya melihat bekal makanan yang masih di siapkan oleh Minho.

"Ini sudah cukup."

Taeri menggeleng, "Tidak. Ini kurang." Balasnya tegas dan cepat yang langsung mengundang kernyitan dalam dari sang tuan rumah. --- "Bukankah kau sudah lama tidak bertemu dengan mertuamu?"

See You Again 3 || Lino & Lia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang