SYA3 - 023

194 42 12
                                    

SPAM KOMEN YUK 😍
JANGAN LUPA VOTE JUGA, GAES.

Yang belum vote chapter sebelumnya,
tolong di vote dulu ya, say :)


•••



Apa maumu?" Tanya Taeri seraya menahan pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa maumu?" Tanya Taeri seraya menahan pintu.

Minho menunduk, mengumpulkan keberanian. Kali ini saja, bisakah ia melakukan hal-hal intim untuk melepaskan rasa rindunya pada sang istri? Atau, kali ini saja. Bisakah ia melakukan hal-hal diluar batas untuk melepaskan hasrat seksualitas yang tertahan selama lima tahun ke belakang? Ayolah, Minho pria dewasa yang normal. Ia tidak pernah tidur bersama wanita lain selain istrinya sendiri selama ini. Mudah stres, sulit tidur, tekanan darah naik, daya tahan tubuh menurun.. Itu mungkin menjadi masalah normal jika pria sudah lama tidak 'mengeluarkannya'. Tindakan solo tidak akan pernah menjadi sebaik dan senikmat dilakukan jika berdua.

"Boleh aku masuk?"

"Sudah malam. Bukankah kau harus tidur? Besok kau masih bekerja." Jawab Taeri mengingatkan.

"Aku-, aku lapar. Bukankah kita akan makan bersama setelah Jiwoo tidur?"

Taeri menepuk dahinya pelan, "Ah, benar juga! Kau pasti sudah lapar sekali, ya? Okay, okay. Ayo." Ucapnya yang kemudian keluar dari kamar utama, melewati Minho begitu saja yang tak berkutik karena pria itu tidak dapat menyampaikan keinginan utamanya. --- "Kau duduk dulu. Akan ku hangatkan sekali lagi agar makanannya bisa dinikmati." Sambung Taeri seraya menyalahkan kompor. Sementara Minho berdiri di dekat lemari pendingin sembari memandang tanpa ekspresi punggung Taeri.

"Kau ikut makan juga, 'kan?" Tanya Minho lemas. Bukan lemas karena belum makan, tetapi lemas karena tidak berhasil 'keluar'.

Taeri menggeleng tanpa menoleh sedikitpun, "Mungkin karena sudah malam, aku tidak lapar lagi." Balasnya tanpa bermaksud membuat kecewa.

Taeri yang masih fokus menghangatkan makanan untuk bosnya, dibuat terkejut tatkala sepasang tangan melingkar tiba-tiba di perutnya. Well, Taeri tidak perlu mencari-cari siapa pelakunya karena sudah pasti dia adalah Lee Minho. Minho yang tubuhnya sudah panas sedari tadi, tidak dapat berbohong jika ia memerlukan skin touch lebih banyak bersama Lee Taeri, alias Choi Jisu yang selama ini selalu ada namanya di dalam hati. Meski belum ada dampak, Minho yakin jika kelak hasil dari dari usaha yang kini ia lakukan tidak akan berkhianat. Jika ada suami yang memandang istrinya dengan penuh kasih sayang, maka percayalah, Tuhan juga akan memandang keduanya dengan kasih sayang-Nya.

"H-hei, apa yang kau lakukan?"

"Maafkan aku." Balas Minho lirih, nafasnya berderu di sekitaran tengkuk Taeri sehingga membuat sang empunya bergidik.

"Maaf? Maaf kenapa?"

"Apakah maaf memerlukan sebuah alasan?"

"Tentu saja! Oh, bisa lepaskan tanganmu? Di depan kita ada kompor yang panas, dan aku juga sedang memegang spatula. Sebaiknya cepat lepaskan jika kau tidak ingin ku pukul dengan-" Ucapan Taeri terjeda selama sepersekian detik. Nafasnya tiba-tiba tercekat karena merasakan ada sesuatu yang keras menusuk pantatnya. --- "Ini-, Minho?"

See You Again 3 || Lino & Lia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang