Tentang tiga orang saudara yang harus bertahan dan berjuang dalam menghadapi kenyataan bahwa mereka bertiga kini terkurung dalam rumah mewah bersama pria-pria aneh nan misterius.
Rumah yang memberi mereka banyak luka, teka-teki, dan penuh konspiras...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🎬¡!🎬
Manik coklat gelap milik Johan nampak memantulkan pemandangan hutan pagi hari, dari jendela mobil angin berhamburan datang menyapa lembut surai hitamnya. Dirasa bosan, Johan kemudian menyandarkan tubuhnya sembari menghembuskan napas berat.
"Ada yang salah?" tanya Garvin menyadari keanehan pada pria disampingnya itu.
"Bisa kita pergi berdua saja besok?" Johan balik bertanya membuat Garvin mengalihkan pantulan netranya pada sang lawan bicara.
"Kenapa? Kau ragu pada Chandra?" ucap Garvin mengetahui maksud Johan mengatakan pertanyaan tersebut.
Johan menghela, "bukan, tapi rasanya janggal membiarkan Chandra disana, bagaimana jika dia menemukan Zayn? Atau membuat sambutan berupa tiga mayat anak remaja saat kita pulang nanti."
Garvin terkekeh, "tak apa jika dia menemukan Zayn, dan lagipula disambut oleh mayat adalah suatu hal yang biasa bagi kita kan, Han?"
Johan terdiam sejenak, "Vin, aku yakin kau bisa merasakannya lebih awal, turunkan ego mu dan berhenti lah memaksakan diri."
⋇⋆✦⋆⋇
"Ganta, yang itu udah belum?"
"Beres, Bang."
Arsa tersenyum, menatap Adik tengahnya yang membawa Vacuum Cleaner di tangan kiri dan tangan kanannya menyapu keringat di kening, "pftt, mirip pembantu rumah tangga," ejek Arsa tertawa.
"Tolong sadar, ya. Itu Abang juga lagi ngepel, yang berarti Abang juga prt!" ketus Ganta tak terima ejekan Abangnya itu. Arsa tertawa gemas.
"Kita bukan pembantu rumah tangga, tapi pembantu rumah Om Om," celetuk Raken yang nampak berusaha mencapai rak atas untuk dibersihkan nya menggunakan kemoceng.
Sontak pel lantai yang Arsa pegang segera ia lemparkan pada Ganta lalu berjalan menuju Raken, berniat membantu Adik bungsunya itu.
"Giliran Raken aja cepet," gumam Ganta merotasikan matanya.
Namun tiba-tiba sebuah tangan lebih dulu datang mengambil alih kemoceng tersebut kemudian membersihkan tempat yang hendak Raken jangkau.
"A-Abang ...," Raken terdiam dengan kepala mendongak menatap pemuda berwajah tampan yang tak memberi respon apapun.
"Om siapa?" tanya Ganta dengan kening yang berkerut memecah keheningan.
Pemuda itu terlihat kesal, "heh! Apa-apaan Om, gue nggak setua itu, ya!"
Ketiganya nampak terkejut, "B-bahasa nya kok—
"Apa? Kenapa sama bahasa gue?" sela pemuda itu pada Raken.
"G-gapapa ok, jadi kamu siapa?" Arsa berjalan mendekat, jaga-jaga jikalau pemuda itu mungkin adalah orang jahat.
Baru saja hendak menjawab, sebuah panggilan lebih dulu menggema.