EP. 29

84 11 2
                                    

🎬¡!🎬

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎬¡!🎬

"Zayn? Kenapa lama sekali kau menutup mata?"

Garvin diam dan memandang wajah damai adiknya, menit demi berlalu dan ia masih saja duduk di samping Zayn mengajaknya berbicara.

Sepertinya dia sudah gila.

Kalimatnya terus mengudara tanpa jawab, tak ada yang bisa ia harapkan selain kesadaran adiknya. Garvin tidak menanti jawaban, murni hanya menginginkan kesadaran adiknya saja.

Kaget, kan? Garvin ternyata punya sisi terang.

Pria itu menghela napas, "jujur, rasanya aneh sekali, aku tidak mengerti kenapa aku merasa kasihan dengan anak-anak itu.., dan aku membencinya." Curhatnya, hanya dengan Zayn Garvin berbicara panjang lebar.

Ia kemudian berdehem lalu melanjutkan, "bahkan kau tahu? Aku melihat mereka sedikit mirip dengan Ruby..,"

"R-Raken, anak itu mirip sekali dengan Ruby. Hah, apa aku terlalu merindukannya sampai-sampai melihatnya dari anak kecil?" Garvin tertawa hampa dengan manik yang menatap kosong ke depan.

Perlahan ia bergerak mengusap besi brankar pembaringan Zayn, ah ralat lebih tepatnya mengusap tulisan yang menghiasi besi brankar itu sembari mengatakan, "aksara ini akan selamanya cantik, aku selalu senang melihat kotak-kotak kecil itu dihiasi olehnya..."

"Sudah bertahun-tahun sejak ayah memulai bisnisnya, Zayn. Jika benar kau ingin mengakhirinya, maka aku juga akan mengakhirinya."

Seperti keajaiban, tepat setelah kalimat Garvin berakhir tangan Zayn perlahan bergerak lantas membuat Garvin bangkit dari duduknya.

"Zayn?!"

◼️◾▪️

"Pegangan, ya? Gue mau ngebut!"

"Kevin! Lo jangan macem-macem bocah!"

Bodoh, kali ini Kevin memilih untuk tidak mendengarkan Nia. Dia tidak bisa tenang setelah tahu jika Garvin belum meminum teh pengantar tidur itu.

"Demi keberhasilan kita ini bjir!"

Jayden sama paniknya, baginya waktu seolah mengejar. Semuanya akan hancur jika Garvin tahu. Walau Chandra dan Johan sudah berada di alam bawah sadar mereka, Garvin tetap saja berbahaya.

Mau sebanyak apapun mereka kalo sudah lawannya Garvin pasti kalah, apalagi mereka yang berenam mana tiga lainnya cedera.

"Bang Ke, dengerin Kak Nia dong!" celetuk Raken yang sudah bangun dari tadi.

"Heh Bayan, apa lo panggil gue? Udah susah payah ditolongin juga," protes Kevin.

"Apa?! Bayan?! Nama aku Raken! Panggil Raken!"

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang