EP. 31

93 12 8
                                    

🎬¡!🎬

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎬¡!🎬

"M-maaf sudah pergi begitu lama.., ak tidak sempat menjelaskan apapun,"

Garvin tersenyum tipis hampir tak terlihat, "siapa peduli? Kakak tau kau tidak bersalah,"

Zayn balas tersenyum teduh, lalu terlihat mengambil sesuatu kemudian memberikannya pada Garvin.

"Kertas?"

"Tolong, pergilah ke alamat ini."

Garvin memperhatikan sejenak kertas yang Zayn berikan, lalu bertanya, "untuk apa?"

Zayn tersenyum, memandang langit ruangan sebelum menjawab, "ah, mereka pasti sangat lelah mencari ku, Kak."

Garvin mengerutkan kening, "mereka?"

"Iya, aku merindukan mereka. Tapi, setelah kau kembali, ku mohon tetaplah sama, ya?"

◻️◽▫️

Pagi ini Johan memutuskan membawa diri di depan sofa dengan televisi menyala yang menayangkan film aksi favoritnya ditemani secangkir kopi hitam hangat yang ia buat sendiri.

Entah mengapa pagi ini terasa lebih menenangkan dari biasanya dan itu membuat Johan merasa jauh lebih baik.

"Sayang sekali waktu harus terus berjalan," kali ini Johan tidak ikhlas waktu tenangnya berlalu. Bahagia memang sederhana tapi waktunya yang langka.

Dengan perlahan Johan menyesap kopi hangatnya lalu bergumam, "hah, sepertinya ketenangan ini sebentar lagi berakhir."

Baru beberapa detik kalimat itu mengudar tanpa jawaban, namun tiba-tiba suara berat mengalun dari kejauhan.

"Bukannya disini selalu tenang?"

Ya, Johan sudah menduga ini sebelumnya, sekarang sosok Garvin muncul kemudian duduk di sebelahnya dan dengan seenak jidat menyeruput kopi hitam yang nganggur di meja.

"Kurasa begitu, tapi kedatangan mu selalu merusaknya." Jawab Johan sedikit kesal.

Garvin tak merespon namun manik tajamnya jatuh pada Johan. Merotasikan mata Johan membalas Garvin dengan nada malas, "kenapa? Jangan bilang kau mau marah."

Tak langsung menjawab Garvin lebih dulu mematikan televisi buat kekesalan Johan meningkat.

"Hei?! Bahkan scene favoritku belum tampil!"

Garvin tak membalas dan hanya diam sembari menaruh benda pengontrol televisi itu disampingnya.

Johan berdecak, sesekali ia memang harus memberikan pelajaran pada pria seenak jidat di depannya ini. Namun karena ia lebih memilih untuk melanjutkan ketenangannya di tempat lain Johan lantas bangkit hendak meninggalkan Garvin.

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang