EP. 18

107 13 0
                                    

🎬¡!🎬

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎬¡!🎬

"Biarkan saja mereka di gudang, kenapa harus pindahkan mereka ke kamar? Mereka tidak pantas!"

"Coba gunakan otak mu, Chandra! Disana ada banyak rahasia, mereka tidak boleh tahu!" sentak Johan mengingatkan Chandra bahwa barang-barang ilegal itu mereka simpan disana.

Garvin berdecih, "penjaga, bawa anak-anak itu ke ruang pengobatan, Han obati mereka sekarang."

Johan mengangguk, "baik."

Chandra mendengus, ia memperhatikan raut wajah Garvin, cahaya lampu membuatnya terlihat jelas, "kau khawatir pada mereka, Sky?"

Sontak atensi Garvin teralih saat Chandra bertanya, kepalanya menunduk, "tidak, tidak ada yang khawatir."

Padahal dalam hati Garvin bertanya, apa yang terjadi pada dirinya.
Kenapa ia khawatir pada mereka?

⋇⋆✦⋆⋇ 

Raken terbangun, matanya mengerjap beberapa kali karena cahaya lampu yang terang. Perlahan ia beranjak duduk, lantas Raken meringis kala sakit tiba-tiba langsung datang menyerang kepalanya, "shh, sakit."

Beberapa menit dirasa mereda, Raken mencoba memandang sekitarnya, dapat ia lihat dua Abangnya yang sedang terbaring lelap. Raken baru sadar jika mereka sedang di ruang pengobatan sekarang.

Dia ingat ingat lupa kejadian semalam, "bukannya kita di gudang ya tadi malem, kok bisa ada disini?" monolognya heran.

Raken menggeleng untuk menghilangkan pikiran buruknya kemudian bergegas ingin membangunkan dua Abangnya sekarang.

Dengan perlahan Raken bangkit dari ranjang, pun berjalan dengan langkah yang pelan. Namun baru beberapa detik kakinya berjalan tiba-tiba terdengar sebuah suara yang memanggilnya.

"Raken!"

Si empu nama terkejut, suara itu ..., persis suara Papanya! Raken menghiraukan, kenapa bisa ada Papanya disini? Hah, itu tidak mungkin, pasti itu hanya perasaannya saja.

"Raken!"

Lagi, panggilan itu kembali terdengar membuat Raken memutuskan mencari sumber suara. Sontak pupil mata Raken membesar lantaran tau ternyata suara itu nyata, kali ini Raken sungguh melihat Papanya yang tengah berdiri di depan pintu! Apa ini sungguhan?

"Papa?!" awal niat hendak membangunkan dua Abangnya Raken abaikan dan justru mempercepat langkah menuju sang Papa.

Pria itu bersiap untuk menyambut pelukan anak bungsunya, "Papa! Raken kangen, Pa!" ujar Raken dalam pelukan Papanya.

Si Papa terkekeh, "Papa juga kangen anak bungsu Papa," ucapnya lalu melepas pelukan itu setelah beberapa detik.

"Pa, Raken mau pulang, ayo pulang, Pa!" rengeknya.

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang