EP. 21

104 9 2
                                    

🎬¡!🎬

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎬¡!🎬

Pintu yang baru saja tertutup lantas menjadi tempat punggungnya bersandar. Ganta terduduk dengan napas panjang lepas mengudar.

"Hampir aja ..., jantung rasanya udah mau meledak."

"Berasa detik-detik ajal menjemput," sambungnya lirih dengan wajahnya yang masih pucat akibat shock.

Arsa terkekeh pelan meski jantungnya juga masih deg degan, "udah, jangan dipikirin, yang penting kita ngga babak belur aja, sekarang. Ngga tau nanti," ujarnya yang kini tengah duduk sembari mengelus kepala Raken pelan.

Anak itu Masih shock dengan apa yang ia lihat di ruang bawah tanah.

"Dek, udah, ya? Berhenti pikirin penjaga itu," kata Arsa lembut, tak lupa dengan tangan yang masih setia mengelus kepala Adiknya.

"Gimana ngga masih shock, Bang? Abang ngga liat sih gimana jeleknya muka asli penjaga itu!" sahut Ganta yang kembali merinding saat mengingatnya.

Raken yang waktu itu tidak ada kerjaan, memilih untuk diam-diam membuka topeng yang selama ini menutupi wajah penjaga mereka. Raken kira akan tampan atau sejenisnya. Tapi yang ia temukan malah bibir yang mengalami sobek lumayan panjang hampir ke telinga, mata kiri yang merah dihiasi darah kering, luka lebar di dahi yang nampak membusuk, serta lebam biru dimana-mana.

Jadi bagaimana dia tidak shock setelah liat yang modelan begitu? Apalagi setelah mengingat mereka sering bersama.

Arsa tadi sudah kepalang panik, jadi tak ada waktu bagi otaknya untuk memikirkan hal lain selain kabur, selagi masih bisa kan.

Ruangan pun menjadi hening, mereka tenggelam dalam pikiran. Membayangkan beberapa menit kemudian pintu diketuk oleh Garvin bersama penjaga dengan kayu di tangan masing-masing.

Kesalahan yang mereka buat kali ini bukan kesalahan biasa, bisa-bisa Garvin akan membunuh mereka saat ini juga jika mereka ketahuan.

"Semoga Jayden bawa kabar baik."

Setelah ungkapan pasrah dari Arsa mengudara, tiba-tiba pintu ruangan terbuka menampakkan sosok yang baru saja Arsa sebutkan.

Ganta langsung mendekat, "Jay? Gimana? Kita tetep jadi babak belurnya?"

Jayden diam dan lebih dulu menutup pintu perlahan sebelum berbalik memandang Ganta dengan senyum, "ngga jadi, gue bisa handle kok."

Saat rolling door itu menutup lift di ruang bawah tanah, Arsa hanya mampu memejamkan mata dan berdoa demi keselamatan mereka bertiga.

"A-Abang ...."

Derap langkah kaki yang kian mendekat turut memacu jantung berdetak kuat.

"Loh?! Lo pada ngapain disini?"

Bahasa non baku, itu bukan suara Garvin atau Chandra, tapi Jayden!

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang