EP. 17

103 14 0
                                    

🎬¡!🎬

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎬¡!🎬

Di gelapnya gudang serta hawa dingin atmosfer lantai, tiba-tiba sebuah cahaya lampu datang mengganggu Arsa, Ganta, dan Raken dari tidurnya.

Ketiganya sama-sama membuka mata dengan perlahan, semuanya memburam sebelum akhirnya penglihatan mereka berubah jelas. Sosok yang pertama kali mereka lihat mengundang senyum tipis yang bermakna.

Jayden ..., dia bener, kan?

Kali ini yang berdiri Kak Nia, Kak Nia kita yang dulu.

     ⋇⋆✦⋆⋇ 

"Sa, lo harus tau kalo Nia, dia masih Nia yang dulu."

Mata Arsa membulat, "m-maksudnya? Tapi kenapa dia malah—

"Itu cuma akting! Serius, emang ngga gampang buat dia untuk ngelakuin ini, tapi cara ini satu-satunya jalan."

Ganta sudah mulai tersulut emosi, "Halah bohong! Mending lo pergi dari sini sebelum Pak Tua itu dateng," ucapnya mengusir.

Jayden berdecak kesal, ingin marah tapi Ayahnya memang sudah tua, "jangan peduliin dia, gue udah berusaha keras kesini tau ngga!" balas Jayden.

"Jangan bilang kamu kesini cuma buat mancing om Chandra supaya dia ngira kita lakuin hal yang ndak ndak ke kamu," duga Raken menatap Jayden intens. Sebenarnya Raken senang mendengarnya terlebih lagi jika itu benar, tapi tidak menutup kemungkinan kalau dugaannya itu tidak salah.

Arsa menatap Jayden tajam, apa yang Raken ucapkan itu masuk akal.

"Gue berani sumpah."

Arsa lantas maju lalu mencengkram kuat lengan Jayden, "gue ngga akan tinggal diam kalo sampe lo boong, ngerti?"

       ⋇⋆✦⋆⋇ 


"Kak, gue kira lo udah ikut sekte sesatnya om Chandra ...," lirih Arsa, dari awal Arsa tidak percaya Nia di pihak Chandra, tapi rasanya dia masih tak menyangka itu benar-benar terjadi.

Nia terkekeh, "maaf, gue terpaksa, Sa. Gue awalnya ngga bisa, tapi mau gimana lagi? Tapi keren kan akting gue?"

Arsa menatap gadis itu datar, "iyain, sekalian jadi aktris Indosiar di sinetron Azab sana," ucapnya lalu tertawa pelan.

Nia berdecak kesal kemudian menggeplak lengan Arsa sedikit keras.

Spontan Arsa mengaduh, "woi! Sakit, tau! Dikira ngga balik apa ngilunya, hah?" marahnya berusaha tidak menaikkan nada bicara.

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang