chapter 3 serendipity

1.2K 94 66
                                    

Seketika hoseok lupa jika dia buru-buru ke rumah sakit, dan memilih mendekat ke arah yoongi dia menatap pria itu dengan lekat.

"Benar kau pria di bar itu kan?" Tanya hoseok.

"Hum, tapi bisa kau menjauh sedikit." Yoongi gugup dia mundur sedikit dari sana.

"Kenapa kau ada di sini? Apa ini kebetulan haha, wah takdir memang hebat aku belum tau nama mu tuan." Hoseok malah ingin berkenalan.

"Min yoongi, tentu aku sedang berkunjung. Harusnya aku bertanya kenapa kau ada di sini?" Yoongi mengerutkan keningnya.

"Ya aku sedang makan siang, boleh ku minta nomor mu? Aku belum meminta bayaran hahaha, tidak kok aku bercanda apa salahnya kita berteman iya kan?" Hoseok menyerahkan ponsel nya.

"Ya boleh saja sih." Yoongi tidak merasa risih justru dia tertarik.

Memberikan nomor nya pada hoseok dan memasukan kembali ponsel itu ke dalam sakunya, Jimin hanya bisa menatapi mereka berdua dia baru ingat jika harus segera ke rumah sakit.

"Ih hoseok ayo cepat!" Jimin menarik hoseok.

"Aku lupa! Nanti ku telpon ya tuan tampan bye." Hoseok berlari mengikuti jimin.

Yoongi menatap kepergian dua orang itu, sungguh sayang sekali yoongi datang telat jika datang tadi dia kan bisa mengobrol agak lama dengan hoseok.

"Ke rumah sakit?" Gumam yoongi berjalan memasuki lift.

Hoseok dan jimin kini sudah memasuki mobil dan melaju dengan cepat di jalanan, hati jimin begitu tidak tenang karena ayah nya tadi bagaimana bisa beliau kecelakaan.

"Ngomong-ngomong dia siapa hoseok?" Tanya jimin di sela-sela cemasnya.

"Yang mana?" Hoseok melirik pada jimin sekilas.

"Itu loh tuan tampan yang kau panggil tadi." Jimin penasaran.

"Oh yang itu, aku bertemu dengan nya di bar semalam dan kami tidak sengaja melakukan one night hehe." Cengiran hoseok tidak ada bersalah nya sama sekali.

"Apa? One night?! Kau gila ya, kenapa kau pas mabuk tidak menelpon ku hah? Bisa stres saat ibu mu tau jung hoseok." Marah jimin menatap sahabatnya.

"Tenang hey, kau seperti baru pertama kali tau kebiasaan ku saja. Aku kan tidak kepikiran soalnya yang ku pikirkan hanya penis wahahaha." Tawa hoseok kencang.

"Sialan kau! Ya pokonya lain kali jangan mau di ajak ke kamar dengan sembarang orang dong, aku tau kau memang maniak sex tapi sadar lah dan lihat siapa yang kau jadikan mangsa." Jimin memukul kepala hoseok gemas.

"Akh! Iya iya maafkan aku, hah... Tapi semenjak kami melakukan one night semalam. Aku jadi tidak bisa memikirkan hal lain jim entah bagaimana tapi yang di pikiran ku pria itu!" Jujur hoseok menerawang.

"Hii dasar gila, memang sehebat apa sih dia di ranjang? Sampai kau kepikiran." Jimin semakin penasaran.

"Pokonya sangat hebat! Apalagi penis nya besar ugh... Kau harus menemukan pria seperti dia juga, tapi jangan coba mengambil tuan tampan ku!" Melotot hoseok.

"Cih! Makan saja sana dan kurung dia sekalian, tidak sudi aku menjual tubuh hanya untuk senang-senang." Dia merinding membayangkan nya.

"Halah kau ini pura-pura polos, satu bulan yang lalu itu apa hah? Saat aku ke hotel dan melihat mu tidur dengan pria." Melirik sinis pada jimin.

"Ya- yaitu kan cuma tidak sengaja aku mabuk dan dia mabuk, akhirnya kita tidur bersama tapi tidak melakukan sex tuh." Jimin gelagapan.

"Kau yakin? Tidak melihat isi di balik celana nya? Aku tau kau tidak sepolos itu jim." Hoseok tertawa.

My Daddy(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang