Bab 12 : Membelikan ponsel

14.5K 1.1K 18
                                    

Begitu tiba bagian dirinya, Axvel mulai bernyanyi. Suara berat dan indah mengalun di ruangan.

Nathan sedikit tersentak. Suara nya sangat bagus. Dia tersenyum mendengarnya.

Lima orang yang berada di dalam ruangan. Mulai mengeluarkan ponsel dan merekam Axvel ketika bernyanyi.

Lima orang yang berada di dalam ruangan tersebut. Semakin terpesona begitu mereka berdua bernyanyi bersama.

Ketika mereka selesai bernyanyi. Lima orang itu bertepuk tangan. Saat mereka selesai bertepuk tangan, salah satu dari mereka berkata. "Aku tidak menyangka kalian pandai bernyanyi, terutama ketua kelas A suara berat nya sangat indah itu membuat ku jatuh cinta."

Mereka kebanyakan memuji Axvel dibandingkan dengan Nathan.

Kemudian Axvel melirik Nathan dan berkata. "Suara mu sangat indah. Bolehkah suara mu menjadi nada ponsel ku?"

"Huh?"

"Lupakan saja."

Nathan mengangkat bahunya acuh tak acuh. Tidak lama kemudian guru vocal datang, mengerutkan alisnya melihat Axvel berada di ruangan kesenian.

Guru Vocal, "Siswa Axvel, mengapa kamu berada disini?"

Axvel menjawab dengan wajah tanpa ekspresi. "Aku hanya bermain piano."

Guru Vocal mengangguk.

Axvel melihat Nathan dan berkata. "Aku akan pergi. Sampai jumpa Nathan."

Nathan tersenyum tipis. Kemudian dia mulai bergabung dengan yang lain.

......

Matahari sudah hampir tenggelam, jam menunjukkan lima sore. Ketika kelas vocal sudah selesai.

Nathan melihat Melvan sudah berada di depan menunggu nya.

Melvan berkata. "Bagaimana kelas vocal mu?"

Nathan tersenyum tipis, lalu menjawab. "Cukup menyenangkan."

Saat mereka berdua melewati lapangan basket. Melvan dengan semangat melihat mereka, di sana dewa sekolah dan tim nya berlatih.

Nathan mengerutkan alisnya, ketika melihat Axvel tengah bermain basket. bergumam. "Bukankah dia mengatakan latihan basket di liburkan?"

Nathan mendengus. Pemuda itu menipu dirinya.

Melvan berkata. "Adakah pemain basket memiliki ukuran pendek seperti kita? Aku merasa mereka begitu tinggi."

Nathan tertawa kecil, dan berkata. "Jika mereka memiliki pemain pendek seperti kita, bagaimana saat memasukkan bola pada ring nya?"

Membayangkan hal seperti itu Melvan dan Nathan tertawa.

Sementara itu, di lapangan. Axvel melihat Nathan. Kemudian dia berjalan menghampiri.

Dewa sekolah melihat junior pergi tanpa izin, mengerutkan alisnya. Lalu dia melihat junior nya itu menghampiri seseorang.

Nathan menatap datar ketika Axvel berdiri di depan nya. Nathan berkata acuh tak acuh. "Ada apa?"

Axvel mengenakan Jersey latihan basket. Kulit berwarna coklat terang penuh dengan keringat, terlihat jelas otot-otot tangannya.

Axvel bertanya. "Apa kau ingin pulang?"

"Mn."

"Bagaimana kalau aku mengantar mu pulang?"

Nathan menjawab dengan dingin. "Tidak perlu. Bukankah seseorang mengatakan padaku hari ini latihan basket di liburkan?"

Axvel berdehem. Dia memalingkan wajahnya. "Maaf, aku tidak bermaksud berbohong."

Kutu Buku Dan Ketua Gangster (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang