Bab 13 : Haruskah satu payung berdua?

14.3K 1.1K 28
                                    

Hari Rabu. Nathan memakai pakaian hangat, sekarang sudah memasuki musim hujan. Beberapa hari lagi hari Natal dan libur sekolah.

Walaupun di negaranya tidak turun salju, tetapi ketika mendekati hari natal musim hujan tiba. Di luar kelas hujan turun dengan deras.

"Acho!"

Nathan mengusap hidungnya. Seperti biasa ketika musim dingin dia akan bersin-bersin, tidak tahan dengan cuaca dingin.

Seorang guru sejarah masuk ke dalam kelas. Dia langsung berkata. "Seperti yang aku katakan, hari ini kita akan mengadakan ujian."

Guru Alexa berkata lagi. "Untuk hari ini, ibu akan mengatur tempat duduk kalian."

Nathan tidak menyangka akan duduk bersama dengan ketua kelas. Nathan melirik ketua kelas, penampilan hari ini cukup bagus.

Axvel tersenyum tipis pada Nathan. Kemudian mulai mengerjakan soal. Begitu juga dengan Nathan.

Beberapa menit, melihat pihak lain tengah kebingungan mencari sesuatu, Nathan bertanya. "Ada apa?"

Axvel menjawab. "Aku kehilangan penghapus."

Nathan berkata. "Pakai punya ku."

Axvel menatap Nathan dan tersenyum. "Terimakasih."

Tetapi ketika dia mengambil penghapus dari Nathan, Axvel merintih kesakitan.

Nathan mengerutkan alisnya, dan berkata. "Ada apa dengan mu?"

Axvel tersenyum tipis, lalu menjawab. "Aku memelihara kucing dan dia mencakar punggung tangan ku."

Nathan menatap luka di punggung tangan Axvel. Kemudian dia mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

Menempelkan plester bergambar kucing pada luka di tangan pihak lain.

Sementara itu, ketika Nathan menyentuh tangannya, wajah Axvel memerah. Tangan Nathan begitu halus dan lembut.

Menatap telapak tangan mungil itu, Axvel berpikir, jika tangan itu di genggam oleh tangan besarnya akan sangat pas.

Wajahnya semakin memerah ketika pihak lain dengan lembut mengusap plester nya agar menempel.

Axvel berdehem dan memalingkan wajahnya. Nathan mengerutkan alisnya ketika melihat wajah memerah Axvel.

Bertanya. "Kenapa wajah mu memerah? Apa kau sakit?"

Axvel segera menjawab. "Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Mungkin di sebabkan oleh cuaca hari ini."

Nathan mengangguk mengerti. Dengan sikap acuh tak acuh, kembali mengerjakan soal.

Sedangkan Axvel tersenyum tipis menatap plester ditangannya dengan mengusap lembut.

Axvel berkata. "Terimakasih."

"Mn."

......

Di sebuah markas, Mark memerhatikan liontin. Dia memikirkan apakah Nathan seseorang yang telah menolongnya?

Mark harus memastikannya. Ada sedikit keraguan dalam hatinya, bahwa Nathan ini bukan orang itu.

Melirik jam tangan, sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Pada jam itu, adik laki-laki nya sudah pulang sekolah. Mark harus menjemputnya.

Kemudian beranjak, mengambil kunci mobil dan pergi meninggalkan markas.

Di luar hujan deras, Mark memakai payung menuju mobil yang terparkir sedikit jauh dengan markasnya.

Di sekolah SMA 017, Nathan dan Melvan pergi menuju kantin. Karena musim hujan Nathan tidak pergi ke rooftop sekolah, lagi pula dia tidak membawa bekal.

Melvan berkata. "Apa kau sudah membuka tautan yang aku kirimkan?"

Kutu Buku Dan Ketua Gangster (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang