⚠️ WARNING ⚠️
• The SIXTH adalah cerita pertama yang aku rilis yang terinspirasi dari berbagai banyak film dan drama yang aku tonton ( maaf nggak bisa di sebutkan satu-persatu ).
• The SIXTH bukan cerita hasil plagiat atau tiruan dari cerita author lain. Alur cerita SIXTH udah aku tata dari lama, dan aku baru siap men-publish cerita ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama, tokoh, tempat, scene, karena ketidaksengajaan.
• Aku nggak minta untuk di hargain tapi mohon untuk kesadaran diri masing-masing. Jangan membawa cerita lain ke sini atau cerita The SIXTH ke cerita lain.
• Semua gambar bersumber dari pinterest dan lain-lain.
• Trigger Warning : harsh word, sexual content, violence, bullying, blood, 18+.
PAHAMMM YAAA TEMAN-TEMAN???
LIKE, KOMEN DAN SHARE!
DON'T SPOILER THIS STORY!!!!!!
Welcome and happy reading!
The story journey will start from here.
───
HAPPY READING
──
OO. PROLOGUE
●●●
Pukul 23.00 hampir tengah malam.
Pramariz Lescha, atau biasa di kenal dengan Pram terduduk pasrah di kursi panjang di depan ruang operasi sambil merapalkan doa-doa. Di dalam sana, Daniella Prameswari, sang istri sedang berjuang untuk melahirkan ke tiga anak kembarnya. Air ketuban sudah pecah sebelum waktunya, dan dokter memutuskan operasi sesar menjadi pilihan terbaik. Waktu terasa berjalan lambat, setiap detik rasanya semakin menambah berat beban yang ada di dada Pram.
10 menit ...
20 menit ...
30 menit ...
40 menit ...
50 menit ...
Setiap menit yang berlalu semakin menambah kecemasan di hati Pram. Namun tepat pukul 00.00 tengah malam, suara tangisan bayi akhirnya terdengar, mengisi ruang yang sunyi dengan kehidupan baru. Sebuah senyum lebar merekah di wajah Pram, meskipun hatinya masih cemas, ia merasa ada harapan yang mulai kembali muncul.
Butuh beberapa saat untuk akhirnya Pramariz bisa bertemu dengan Daniella yang akan di pindahkan ke kamar bersalin, sementara ketiga anaknya sudah di bersihkan oleh perawat. Pram berdiri di samping Daniella, yang terbaring lemas setelah proses melahirkan yang berat. Tangan Daniella digenggamnya erat, mencoba memberi kekuatan.
"You've done your best for me, Dany," ucap Pram sambil mengecup singkat. Matanya bergerak menuju inkubator kaca yang ada di dekatnya. Di dalamnya tiga bayi mungil terbaring pulas, gerakan tubuh mereka sangat halus.
Seperti mimpi yang baru saja dimulai.
"Aku sudah menyiapkan nama untuk mereka, Dany," kata Pram, menyentuh kaca inkubator satu per satu sambil menyebutkan nama anak-anak mereka. "Raja, Ratu, dan Rana."
"Namanya bagus," jawab Daniella sambil tersenyum lemah, meskipun kelelahan masih terlihat jelas di wajahnya.
Ting!
"Selamat malam, Pak Pramariz. Maaf mengganggu waktu keluarganya, ada yang ingin disampaikan oleh dokter untuk Pak Pramariz dan Ibu Daniella," ucap perawat, bersamaan dengan sang dokter yang masuk ke dalam kamar bersalin.
"Bagaimana perasaanmu, Pram?" tanya dokter yang merupakan sahabat dekat Pram, Vincent Raviera namanya, sambil menghampiri pasangan suami-istri yang kini tengah menghadap kenyataan baru sebagai orang tua.
"Bahagia," jawab Pram. "Aku rasa, Daniella juga merasakan apa yang aku rasakan. Iya, kan, Dany?" tanya Pram yang hanya dibalas anggukan oleh Daniella.
"Syukurlah. Aku kesini untuk menyampaikan beberapa informasi. Sebenarnya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang kondisi Daniella dan bayi kalian. Semua bayi sehat meskipun terlahir prematur. Namun..." Vincent berhenti sejenak, wajahnya berubah kelam. "Ada kabar buruk yang harus aku sampaikan, Pram."
"Kabar buruk apa? Apa yang terjadi dengan anak-anakku?" tanya Daniella dengan sorot khawatir.
Vincent menghembuskan nafas, "Kabar buruknya yaitu salah satu anak kembar kalian terlahir cacat," Ia diam sesaat. "Dia yang mengalami kecacatan."
"NGGAK! NGGAK MUNGKIN!" teriak Daniella penuh ketidakpercayaan. "MAS, BILANG SAMA AKU KALAU ITU NGGAK MUNGKIN! ANAK AKU SEHAT SEMUA! AKU NGGAK MAU PUNYA ANAK CACAT!" Daniella mulai menangis histeris meraung-raung.
Pram langsung memeluk erat Daniella. Pria itu tidak kalah terkejutnya setelah mendengar apa yang dikatakan Vincent. Air matanya pun jatuh. Hati Pram sedih sekali. "Calm down, Dany. Kita rawat sama-sama ketiga anak kita, ya?"
"AKU NGGAK MAU BAWA DIA PULANG! SAMPAI KAPANPUN AKU NGGAK MAU NERIMA DIA, MAS! AKU NGGAK MAU SEMUA ORANG TAU KALAU AKU PUNYA ANAK CACAT!" tolak Daniella keras.
"Dia anak kita, Dany. Anak yang kamu lahirkan."
Daniella menatap Pram dengan sangat amat tajam, "Kalau kamu tetap ingin membawa dia pulang, kita cerai!" ancam Daniella. "Aku nggak sudi bawa anak cacat. Aku hanya akan membawa Raja dan Ratu!"
•••
───
TO BE CONTINUED
──
halloooo semuaaa!
apa kabar????
yuk, ramaikan cerita pertama aku ini dengan Like, Komen dan Share dari kalian. Kritik dan saran dari kalian sangat membantu buat aku💞💞
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SIXTH
Teen FictionKisah ini menceritakan tentang murid-murid genius yang memiliki privilege di sekolah : 1. Sadewa Bagaskara, peringkat pertama. Sang pemilik nilai sempurna. Dingin, tidak tersentuh, misterius dan jenius. Jangan meragukan IQ seorang Sadewa. Tapi, jang...