selamat datang dan selamat membaca semua! semoga suka❤️
───
HAPPY READING
───
16. HILANGNYA SISWA-SISWI
•••
Malam yang sepi di rumah sakit. Pemandangan pertama kali yang Rana lihat ketika membuka matanya yaitu ruangan bercat putih dengan aroma obat-obatan yang menyengat indera penciumannya. Tubuhnya terasa lemas akibat pengaruh obat bius. Rana meraba kulitnya, merasakan jarum infus yang menancap di tangannya. Rasanya berat sekali untuk Rana mendirikan tubuhnya. Kepalanya masih sangat pening.
Rana mengedarkan matanya ke sekeliling, mendapatkan Camilla sedang terlelap di samping ranjangnya sambil memegangi tangan Rana. Merasakan adanya pergerakan membuat Camilla terusik dalam alam mimpinya dan terbangun.
"Bunda ... " panggil Rana dengan suara serak.
"Akhirnya kamu udah siuman, Na. Ada yang sakit?" tanya Camilla khawatir, sembari mengusap rambut Rana dengan lembut. Ketika Camilla sedang melayani pelanggannya di butik, ia mendapat sebuah telepon dari pihak rumah sakit yang mengatakan Rana di temukan pingsan di sekolah dalam kondisi yang tidak baik. Seragam yang tidak berbentuk dan sekujur tubuhnya yang memerah karena alergi.
Camilla sangat terkejut mendengar kabar buruk tersebut. Dia buru-buru meninggalkan butiknya dan menuju rumah sakit. Tak lupa ia menghubungi sang suami agar segera pulang. Sayangnya Elvano sedang bertugas di luar kota. Laki-laki itu akan kembali besok pagi. Alhasil dari siang tadi, hanya Camilla yang menjaga Rana hingga ia ketiduran.
Rana menggelengkan kepalanya, "Haus. Mau minum."
Camilla langsung mengambilkan segelas air putih dan memberikannya kepada Rana. Ia membantu Rana untuk minum karena gadis itu masih lemas untuk di gerakkan. "Bunda panggilin dokter dulu, ya."
Rana menahan tangan Camilla yang hendak pergi. "Di sini aja, Bunda."
"Loh, nanti kita nggak tau kondisi kamu kalau nggak di periksa lebih lanjut lagi sama dokter."
"Rana nggak apa-apa kok, Bun. Cuma sedikit pusing aja," ujar Rana sembari tersenyum, meyakinkan Camilla bahwa dirinya benar baik-baik saja. Rasa gatalnya pun sudah mengurang. Ini karena Rana terlalu terbawa perasaan terhadap perlakuan Raja sampai melupakan ia memiliki alergi pada kiwi.
Camilla terpaksa kembali duduk. Ada baiknya ia akan mendatangi dokter besok pagi untuk memeriksa kondisi tubuh Rana karena kemungkinan para dokter pun sedang beristirahat mengingat sekarang sudah hampir tengah malam. "Sebenernya apa yang terjadi sama kamu, Na? Kenapa kamu bisa kayak gini?" tanya Camilla menatap sedih sang anak.
Rana bingung akan menjawab seperti apa. Apakah ia harus menceritakan kejadian buruk yang menimpanya? Pasti Camilla akan begitu cemas dan melaporkan hal ini. Rana tidak ingin masalahnya menjadi runyam. Apalagi kalau sampai Victoria membawa ayahnya yang merupakan anggota dewan. Masalah ini akan semakin panjang. Mereka pasti membayar hukum untuk menutupi kesalahan Victoria dan menjaga reputasi ayahnya. Dan Rana menjadi pihak yang di rugikan.
"Jawab jujur pertanyaan Bunda. Kamu nggak usah takut," kata Camilla berhasil membuyarkan lamunan Rana.
Rana tersenyum tipis, "Rana cuma salah makan aja kok, Bun. Lupa kalau alergi sama kiwi."
"Terus ini kenapa rambut kamu kok jadi pendek? Potongannya juga nggak jelas," Camilla menginterogasi dengan tatapan penuh selidik.
Rana meraba rambut cantiknya yang menjadi pendek karena ulah Victoria, "Oh, ini. Biasalah temen Rana suka usil," alibinya sambil tertawa kikuk. "Paling nanti pulang dari rumah sakit mau Rana rapihin."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SIXTH
Fiksi RemajaKisah ini menceritakan tentang murid-murid genius yang memiliki privilege di sekolah : 1. Sadewa Bagaskara, peringkat pertama. Sang pemilik nilai sempurna. Dingin, tidak tersentuh, misterius dan jenius. Jangan meragukan IQ seorang Sadewa. Tapi, jang...