selamat datang dan selamat membaca semua! semoga suka❤️
───
HAPPY READING
───
31. RUMAH SAKIT
•••
Wangi khas disinfektan menguasai panca indera. Pandangan mata Ratu tak pernah lepas dari tubuh sang kakak yang masih terbujur kaku. Laki-laki itu pingsan akibat pengaruh obat bius setelah proses penjahitan pada lukanya. Walaupun luka yang diterima oleh Raja tidak parah dan tidak terlalu dalam. Karena laki-laki itu sempat melindungi daerah kepala sehingga pecahan pot tersebut mengenai tengkuk dan punggungnya.
"Kalian balik ke sekolah aja," kata Ratu dengan suara yang sedikit serak. Bukan maksud mengusir, hanya saja empat orang untuk menunggu satu orang terlalu banyak. Apalagi Pramariz dan Daniella sedang dalam perjalanan.
Sadewa menggeleng, "I will stay here. Seenggaknya sampe orang tua lo dateng," ujar Sadewa menolak untuk meninggalkan Ratu dan memilih menemani gadis itu.
"Gue juga bakal tetep disini," sahut Pandawa dan di lanjut oleh Pangeran. Sedangkan Permata belum menampakkan batang hidungnya di rumah sakit.
Ratu hanya mengembuskan napas pasrah. Rasanya energi yang di milikinya telah terkuras habis, sampai dia tidak lagi memperpanjang ataupun memaksa mereka untuk kembali ke sekolah. Tertinggal satu materi bukanlah masalah besar. Cukup membaca buku satu kali akan langsung menempel di otak. SIXTH merupakan orang-orang yang termasuk cepat memahami isi dalam materi walaupun tidak mendengarkan penjelasan guru terlebih dahulu.
"Gue nggak habis pikir sama Raja, kenapa dia mau berkorban buat cewek jelek itu? Ini bukan bagian dari rencana lo 'kan, Ra?" tanya Pandawa memastikan dengan ragu.
"Of course not!" tampik Ratu cepat. Tidak mungkin membuat rencana yang membahayakan dirinya dan Raja hanya untuk perempuan udik seperti Rana. Kesannya terlalu berlebihan walaupun tampak lebih meyakinkan. "Kejadian ini nggak ada hubungannya sama rencana gue. Gue juga nggak tau kalau Raja bakal korbanin dirinya sendiri," imbuhnya sambil menatap wajah sang kakak yang tampak pucat.
"Atau, jangan-jangan─" Pangeran memberi jeda pada kalimatnya membuat tiga orang lain di dalam ruangan menatap penasaran. "Does he like that girl?!" pekik Pangeran melotot lebar.
Ratu menggertakkan gigi emosi. Matanya mendelik tajam ke arah Pangeran, "Watch your fucking mouth, you dumb ass!" tandas Ratu mendorong dada kanan Pangeran.
"Tenang, Ra!" bisik Sadewa menarik tubuh gadis itu menjauh dari Pangeran seraya melayangkan tatapan seolah-olah memberikan peringatan kepada Pangeran untuk menjaga lisan. Rasanya sangat tidak etis bertengkar di rumah sakit. Karena akan mengganggu ketenangan para pasien lainnya.
"Nggak mungkin Raja suka sama Rana. Masa seleranya rendah banget?" Pandawa menyunggingkan senyum remeh.
Pangeran mengendikkan bahunya, "Kita nggak pernah tau apa yang ada di pikiran Raja sesuai sama perbuatannya atau nggak. Sekalipun itu lo sebagai adiknya Raja, Ra."
"Gue bakal pastikan Raja nggak punya perasaan apa-apa ke Rana. Camkan itu," tekan Ratu setiap kalimatnya dengan yakin seratus persen. Karena dia tidak lupa dengan kenyataan bahwa Raja dan Rana ialah saudara kandung, tanpa sepengetahuan orang lain. Jadi sangat tidak mungkin Raja memiliki perasaan suka antar lawan jenis kepada Rana.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SIXTH
Teen FictionKisah ini menceritakan tentang murid-murid genius yang memiliki privilege di sekolah : 1. Sadewa Bagaskara, peringkat pertama. Sang pemilik nilai sempurna. Dingin, tidak tersentuh, misterius dan jenius. Jangan meragukan IQ seorang Sadewa. Tapi, jang...