19. BUNGA LAVENDER

1.3K 91 12
                                    

selamat datang dan selamat membaca semua! semoga suka❤️

───

HAPPY READING

───

19. BUNGA LAVENDER

•••

Hari ini adalah hari yang di nantikan oleh Rana. Setelah dokter memberikan sebuah resep obat, akhirnya pihak rumah sakit telah mengizinkan Rana untuk pulang dan beristirahat dirumah. Kamar nomor 201 yang ditempati oleh Rana kian kosong. Hanya ada perlengkapan yang merupakan fasilitas dari rumah sakit tersisa di dalam. Barang-barang milik Rana selama dua hari menginap sudah di angkut oleh Ayahnya ke mobil. Akhirnya Rana bisa kembali menghirup udara kota Jakarta.

Kondisi Rana sudah terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. Walaupun rambut Rana yang sekarang pendek dengan potongan tidak rata belum di rapihkan, tapi tidak membuat Rana terlihat aneh. Ruam kemerahan masih kentara nyata di kulit putihnya yang pucat.

"Kamu udah nggak apa-apa, Na? Masih ada yang merasa sakit nggak?" tanya Elvano, sang Ayah, menanyai kabar putri semata wayangnya.

"Rana nggak apa-apa kok, Yah. Don't worry," jawab Rana sambil tersenyum, dari arah kursi mobil belakang.

"Maaf, ya, Ayah baru sempet lihat keadaan kamu. Akhir-akhir ini Ayah lagi sibuk banget. Ada beberapa problem di kantor Ayah yang harus segera di tanganin, tapi untungnya semua udah teratasi," Elvano menjelaskan tentang kesibukannya belakangan ini.

"Tenang aja, Yah, lagian Rana cuma alergi biasa," bohong Rana tersenyum kecut. Tidak mungkin ia memberitahu kepada Ayahnya kalau ia habis di bully.

"Kebiasaan kamu kalau urusan makan nggak di liat dulu ada kandungan kiwi atau nggak, langsung di makan semua sama kamu," kelakar Elvano terkekeh singkat, kemudian melirik Camilla. "Sama kayak kamu, Bun."

Camilla mendengus, "Hey, aku nggak kayak gitu, ya! Enak aja kamu, Mas."

"Masa, sih? Nih, lihat pipi kamu aja tambah gemuk gara-gara makan mulu," ujar Elvano mencubiti pipi Camilla yang terlihat gembil dengan gemas.

"Sakit, Mas!" ketus Camilla menepis tangan Elvano dari pipinya. Dia memanyunkan bibirnya, menatap pria itu dengan ekspresi kesal.

Interaksi orang tuanya membuat Rana tertawa. Ikut merasakan suasana kebahagiaan yang diciptakan oleh kedua insan itu. Setidaknya Rana bisa menghapus segala hal yang bertandang dipikirannya dengan cara melihat keharmonisan orang tuanya.

Omong-omong, Ivory dan Samudera sudah menceritakan kronologi yang dialami keduanya ketika mencoba melaporkan perilaku tak senonoh Victoria terhadap dirinya yang ternyata tidak membuahkan hasil apa-apa melalui chatting. Karena disinyalir mereka tidak memiliki bukti. Video yang berisi percakapan Victoria dan teman-temannya telah di hapus─entah oleh siapa─tanpa sepengetahuan Ivory. 

Dari awal Rana sudah menduga bahwa melawan Victoria bukanlah hal yang mudah di lakukan. Maka dari itu Rana melarang Ivory dan Samudera untuk ikut campur urusannya. Ia tidak ingin mereka terlibat dan menjadi bahan sasaran Victoria selanjutnya seperti dirinya. Tapi mereka tetap bersikeras untuk membantunya dan ujung-ujungnya malah nihil.

Pasti Victoria sedang merencanakan sesuatu untuk membalas kejadian hari ini. Victoria tentu tidak akan tinggal diam. Rana takut Ivory terkena imbasnya. Ivory memang orang yang nekat.

"Hey, kamu kok ngelamun? Ada yang kamu pikirin?" tanya Elvano dengan lembut. Ia tersadar sang anak tidak bersuara.

Rana yang sedang melamun sembari menatap ke arah luar kaca mobil memperhatikan jalanan seketika buyar, "Mikirin tugas sekolah, Bun. Pasti tugas sekolah aku numpuk," alibinya tertawa canggung.

THE SIXTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang