selamat datang dan selamat membaca semua! semoga suka❤️
───
HAPPY READING
───
38. FAKTA TERUNGKAP
•••
Kabar mengenai kembalinya Raja menyebar luas dengan cepat, sukses menggemparkan seluruh warga sekolah. Menenggelamkan berita terkini terkait kasus Rana. Laki-laki itu tetap memaksakan diri untuk beraktivitas seperti biasa walaupun dokter sangat tidak menganjurkan untuk pulang lebih awal dengan bekas jahitan yang belum mengering. Alhasil dia mendatangi sekolah dalam kondisi kepala masih mengenakan perban.
Rana yang sejak tadi mendengar kehebohan seantero sekolah hanya mampu terdiam. Hari ini adalah hari dimana Rana akan mengungkapkan kebenaran yang sebenarnya kepada pihak sekolah. Entah mengapa dirinya mendadak sangat cemas. Akankah nanti sesuai dengan ekspektasinya atau tidak itu urusan belakangan. Rana hanya ingin surat permohonan rehabilitasi untuk El Jingga di cabut karena gadis itu memang tak bersalah.
Merasa tepukan dibahunya membuat Rana berjengit kaget. Jantungnya seketika terasa lemas. Gadis itu menolehkan kepala ke belakang. Melihat Arion dan Samudera yang baru sampai berada di belakang tubuhnya. "Ngagetin aja lo berdua!" seru Rana mendengus sebal.
"Lo baik-baik aja 'kan, Na?" tanya Samudera memastikan kondisi gadis itu. "Lo harus fokus. Kemungkinan Ratu bakal hadir nanti. Kita nggak tau kali ini dia bakal berakting kayak gimana buat ngebela diri. Apapun yang terjadi nanti, gue mau lo tetap tenang. Jangan kepancing emosi."
"Jujur, gue takut," lirih Rana menggigit bagian bawah bibir hingga sudut bibirnya terluka, mengeluarkan cairan merah dengan aroma amis.
"Jangan takut, Na, lo harus berani lawan Ratu. You are the victim here. Trust me, the school will believe you," kata Arion berusaha menenangkan perasaan gadis itu. "Ada Samudera yang selalu ada di samping lo," Arion melirik Samudera dengan memainkan kedua alisnya meledek.
"Gue emang selalu ada di samping Rana," sahut Samudera semakin pede sambil membusungkan dada sombong. "Emangnya kayak cowok yang ngaku sepupu lo. Ngomong doang, nggak ada tindakan."
Arion berdecih tak suka, "Nggak gue restuin lo sama Rana," tukas Arion menarik tangan Rana mendekat ke arahnya. "Eh, emangnya Rana mau sama lo? Gue denger-denger kemarin ada yang abis di tolak," Arion kembali mengejek dengan tampang yang super menyebalkan.
"Anjing!" umpat Samudera kalah telak. Menatap Arion dengan emosi yang tertahan di ubun-ubun.
Ketika kedua laki-laki itu sedang sibuk berargumen, Rana merasakan ada getaran dari dalam tas. Ia membuka resleting dan merogoh ke dalam. Mencari seonggok benda pipih yang menjadi objeknya. Rana membaca beberapa notifikasi yang muncul dari layar kunci ponsel. Matanya menangkap sebuah pesan di antara notifikasi dari berbagai aplikasi yang menarik perhatiannya.
Pesan singkat dari kontak bernama Raja Alexander. Kira-kira bunyinya seperti ini, bisa ke ruangan SIXTH sekarang? Ada yang mau ngomong sama lo.
Kening gadis itu kontan berkerut dengan permintaan laki-laki itu yang sangat tiba-tiba. Apakah SIXTH sudah mengetahui rencana Rana yang akan melapor kembali pasal kasusnya dan akan bernegosiasi? Atau, justru malah lebih parah mereka akan merisaknya?
"Guys, gue mau cabut duluan. Kalian nggak balik ke kelas? Gedung kalian lumayan jauh dari gedung IPA," tanya Rana membuat keduanya berhenti berbicara dan saling bersitatap.
"Yaudah, kalau gitu sampe ketemu nanti, Na," ucap Samudera tersenyum manis, sebelum akhirnya menuntun langkah menjauhi area IPA bersama dengan Arion.
Arah mata Rana masih tertuju kepada kedua laki-laki itu sampai benar-benar menghilang dari netranya. Kemudian Rana berbalik badan dan mengambil langkah sebaliknya menuju ruang khusus SIXTH. Sepanjang perjalanan, dia merapal supaya kali ini tidak ada gangguan dari SIXTH. Akan sangat merepotkan karena pagi ini masih terbilang cukup awal untuk menerima perundungan dari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SIXTH
Teen FictionKisah ini menceritakan tentang murid-murid genius yang memiliki privilege di sekolah : 1. Sadewa Bagaskara, peringkat pertama. Sang pemilik nilai sempurna. Dingin, tidak tersentuh, misterius dan jenius. Jangan meragukan IQ seorang Sadewa. Tapi, jang...