Malam harinya, di luar pondok yang mempunyai alas kayu. Di sana terdapat Hana, Aiko, Eiji dan Arata. Hana memandang mereka bertiga dengan sedikit memerah di wajahnya.
"Ada apa kau memanggil kami sekarang?" Tanya Eiji penasaran, Aiko dan Arata juga terlihat ingin menanyakan hal yang sama.
"Itu ... Tentang tadi pagi ..." Hana memainkan jarinya dengan malu dan wajahnya memerah. menyadari perkataan Hana, wajah ketiganya berubah menjadi merah mengingat saat waktu sarapan tadi pagi.
Seperti yang di pikirkan Hana, mereka menyadari nya. Kecuali kedua pemuda itu yang menyadari sampai batas tertentu.
"Tolong abaikan yang terjadi pagi tadi ..."
"Y-Yang mana, aku tidak melihat apapun. benarkan, Aiko-chan?" Balas Arata dengan ragu.
"Y-ya b-benar." Aiko membalas juga dengan gagap.
"Ehem, Hana. Kami tidak mengerti apa yang kau katakan." Eiji sedikit berdehem untuk menyembunyikan jejak kemerahan di wajahnya, meskipun dia juga melihat Hana dengan sakit hati dan cemburu pada Ryu.
Hana menatap mereka dengan bingung, namun juga berterimakasih karena mereka mengabaikan hal itu seolah tidak terjadi. Hana benar-benar malu setengah mati oleh perbuatan yang di lakukan Ryu sampai dia ingin memukul kepala pemuda itu, namun dia tidak berani melakukannya.
"K-kalau begitu aku pergi tidur dulu ya." Hana sedikit membungkuk sebagai salam sebelum dia bergegas berlari ke lantai atas yang di susul Aiko di belakangnya.
Saat memasuki kamar, di sana ada Ryu yang sedang tiduran di futon miliknya. Ryu sedikit mengangkat wajahnya untuk melihat Hana yang memiliki semburat merah di wajahnya.
"Yo."
"Yo apaan!" Hana berjalan dengan kuat seolah marah pada Ryu. Dia menginjak perut pemuda itu yang membuat Ryu sedikit meringis kesakitan sambil memegangi perutnya.
"Apa yang kau lakukan?" Ryu tidak marah, namun dia bukan berarti tidak kesal dengan perlakuan wanitanya itu.
"Apa yang kau lakukan katamu!? Dasar brengsek! Ryu, kau benar-benar bajingan paling Bajingan dari bajingan yang ada di dunia ini dasar bajingan!"
"Bajingan bajingan apa sih yang kau katakan! Aduduh!" Ryu berusaha menghindari hentakan kaki Hana yang menginjak perut nya tanpa memperdulikan apakah Ryu merasakan sakit atau tidak.
"Kau melakukannya di depan mereka!" Hana memiliki perempatan di wajahnya, tapi tidak dapat menyembunyikan semburat merah malu di wajahnya.
"Oh itu ..." Ryu baru memahami maksud dari perkataan Hana.
"Oh itu apanya!" Hana hendak menghentakan kembali kakinya di perut Ryu, namun Ryu segera menahan kaki itu yang menurutnya sangat ringan.
Ryu duduk dan menarik kaki wanita itu hingga Hana terjatuh di atas pangkuannya.
"Ahhh!" Kejut Hana.
"Kau marah setelah semua itu terjadi, tapi kau juga menikmati nya kan?" Seringai Ryu mengejek nya.
Hana menggeram kuat, namun tidak dapat memberikan balasan pada Ryu karena yang di katakan nya memang benar. Hana hanya bisa menatap tajam Ryu dengan semburat merah di wajahnya, yang menurut Ryu itu adalah wajah yang sangat manis.
"Aku sudah bilang akan melakukan apapun pada mu asalkan kau melakukan nya di tempat yang sepi." Balas Hana dengan gigi yang gemetar, seolah ingin mempertahan kan kemarahan nya.
"Apapun?" Ryu memiringkan wajahnya dengan seringai.
"Ya apapun, entah itu memakan kotoran mu sama seperti Aiko atau yang lainnya. Aku tidak akan mengeluh bahkan jika kau meminta ku untuk memutilasi tangan dan kaki ku agar kau dapat menggunakan tubuh ku sesukamu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Aplikasi Misterius.
Short StoryYamaguchi Ryuichi, mendapati aplikasi misterius yang terinstall di smartphone miliknya. Karena keberadaan aplikasi tersebut, kehidupannya yang biasa dan datar kini berubah 180%. Pria yang biasa saja, namun tidak biasa saat kau mengenalnya lebih dek...