Katanya kalau orang sedang jatuh cinta itu jangan dinasihati, sebab ia buta dan tuli. Tidak mau mendengar atau melihat apapun, selain orang yang diidamkan, dan perkataannya tak akan pernah masuk ke dalam hati mereka. Namun, siapa sangka kalau pepatah dari Ali Bin Abi Thalib itu benar adanya, seperti Anya sekarang. Ia tak henti-hentinya menatap Elvan yang sedang makan mie instan di warung kopi dekat rumah, mereka janjian jalan berdua. Bahkan beberapa gunjingan di sekelilingnya pun tak ia hiraukan, seakan-akan tidak mau terlibat. Padahal mereka sedang membicarakan dirinya dan Elvan di belakang."Ganteng" celetuknya.
Elvan yang mendengar hal tersebut nyaris tersedak mie. Sementara Anya kelabakan melihatnya, ia segera menyodorkan segelas air. Senang sekaligus geli, anak laki-laki itu berbisik pada lantai warung dalam keheningan.
Terlepas dia tulus atau mengada-ngada, aku hanya tetap bersyukur apapun yang terjadi ke depannya.
Di benaknya banyak pertanyaan yang sulit diungkapkan, terlebih kejadian kemarin yang tak pernah ia bayangkan.
Kemarin....
Elvan berjalan sembari berpayung bahagia yang kentara akibat gadisnya terus memuji, bahkan memperkenalkan ia pada semua orang yang berpapasan bahwa dialah yang tercerdas satu sekolah. Yang dikatakan Anya memang fakta. Elvan bak karya Tuhan paling indah, paling sempurna dari semua manusia yang pernah ia temui. Apalagi anak itu mendapatkan beragam prestasi yang belum tentu bisa diraihnya. Penghargaan yang tak terhitung jumlahnya. Bahkan tak tanggung-tanggung, Elvan menggamit berbagai keunggulan mulai dari juara umum sekolah, nilai terbaik di ujian nasional, dan lulusan terbaik tahun 2019. Mana bisa Anya menyembunyikan segala rasa bangganya pada lelaki itu.
Akan tetapi, ada sesuatu yang mengganjal tentang tanggapan keluarga di rumah. Ah, jika Abang tentunya tak perlu ditanya, Papa mungkin saja senang. Yang jadi pertanyaan, bagaimana dengan Mama dan juga Adiknya? Apa mereka tidak senang atau justru keduanya mulai terbuka? Elvan tidak tahu pasti.
"Selamat datang kembali Tuan muda kedua, semuanya sudah menunggu kedatangan Anda" pria berkumis tebal yang bertugas sebagai penjaga gerbang itu berujar dalam tempo cukup lambat. Supaya Elvan mengerti apa yang dibicarakan.
Elvan tersenyum, "Terima kasih, Pak Jo, saya akan segera masuk ke dalam" katanya sambil mencium tangan pria itu. Meski mendapat penolakan, namun Elvan tetap ingin menciumnya.
Setelah itu, ia berjalan sedikit tergesa-gesa. Memboyong sepedanya untuk parkir lebih dalam ke halaman belakang. Sebab Mama tidak pernah mau melihat sepeda itu, jadi Elvan berinisiatif untuk tetap menyimpannya di belakang, ruang tak layak pakai atau orang sering memanggilnya gudang.
"Tuan muda kedua memang yang paling sopan" lirihnya begitu punggung Elvan menjauh. Di lubuk hatinya terdapat sedikit penyesalan yaitu, ia tak mampu belajar bahasa isyarat karena usianya yang sudah renta. Di mana menyimak pembelajaran seperti itu hal yang sulit ia mengerti, walaupun begitu dirinya tetap menghargai ketulusan Elvan. Bukan sebagai anak majikan, melainkan menganggapnya seolah-olah anak sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lirih [Park Jisung] || NCT Dream
Teen FictionPlagiat dilarang keras!! ❌ [ON GOING AGAIN TONIGHT URI ZONYAA ^^] Dalam hidup kita belajar arti sebuah perjalanan, mengais sesuatu yang mungkin tak pernah kita dapat. Begitupun dengan seorang anak yang terlahir tidak utuh, ia tak sempurna. Berusaha...