_______________________________
Cinta, hidup, dan mati itu misteri.
-lirih
______"Wah, El kamu jahat udah seminggu nggak ketemu malah main sama cewek lain!" wajah cemberut Anya memenuhi layar ponselnya.
Elvan tersenyum, ia tahu jika gadis itu tak benar-benar marah hanya karena dirinya main bersama Rara dan Hendra ke perpustakaan kota. Bukan tujuan untuk jalan-jalan atau apa, dia memang mencari buku yang layak dipakai sebagai bahan referensi ujian.
"Maaf, sebelumnya aku tidak memberitahu kamu. Kamu pasti kecewa...." katanya sedih.
"Ng-nggak! Bukan gitu, aku cuma kesel aja, nggak kecewa kok. Lagian kita, kan jarang ketemu sekarang. Oh, nih liat! Aku pakai gelang yang kamu kasih waktu pertama kita ketemu inget nggak? Pas kamu kasih ini, aku kaget banget tahu mana tiba-tiba ngajak nikah" cerocosnya sambil pamer gelang pemberian Elvan, tentu saja sang tuan semakin mengembangkan senyuman.
Entah kenapa, rasa lelahnya akhir-akhir ini berkurang sebab Anya yang selalu minta ditemani saat suntuk. Mereka jarang bertemu sebab beberapa hal yang tidak bisa ditinggalkan, salah satunya ujian UTBK-Ujian Tulis Berbasis Komputer-dan Mama berharap banyak padanya.
"Anya, apa hari ini kamu udah belajar?"
Pertanyaan yang sungguh buat kesal, "Ngapain belajar udah lulus masih belajar!" dan Elvan menggeleng sebagai tanda tak setuju.
"Buang pikiran begitu, tidak baik!" katanya terlihat tidak suka.
"Ah, pokoknya jangan mikirin belajar dulu! Sekarang kita senang-senang ajalah El, kenapa, sih?!" namun Elvan tetap kekeuh pada pendiriannya.
"Tidak! Kamu harus belajar"
"Nggak mauuuuu"
"Haruss!"
"Nggak mau, Yang Mulia Pangeran! Buang-buang waktu kalau akhirnya nggak lulus juga" katanya mendelik sebal. Tepat setelah mendengarnya, wajah anak laki-laki itu berubah sangat serius. Dia sedikit mendekati kamera untuk memperjelas apa yang mau disampaikannya.
"Hey, masa depan itu ditentukan oleh diri kita sendiri. Kalau kita malas-malasan, tidak akan ada yang namanya kemajuan Anya! Dan kamu harus tahu, orang yang tidak melanjutkan pendidikan zaman sekarang itu dihina. Jangan sampai kamu kayak gitu, aku tidak bisa melihatnya! Jadi, ayo belajar sebelum ujian masuk universitas Anya. Setidaknya, kita sudah berusaha dan tak diam saja."
Anya dibuat terdiam seribu bahasa, kaget begitu melihat Elvan sangat optimistis untuk masuk universitas impian. Beda sekali dengan dirinya yang tampak ogah-ogahan meladeni UTBK, seleksi mandiri yang disebut PTN atau apalah itu namanya. Tapi, apa ini? Dia seperti habis diceramahi oleh seorang Kakak yang memberi nasihat pada Adiknya. Padahal umur mereka sama, ulang tahun di tanggal yang sama tahun yang tak berbeda.
Sadar akan sesuatu, Elvan buru-buru menutupi kamera dengan kain. Membuat Anya mengernyit heran. Ada masalah apa?
"El? Hey, kamu masih di sana? Elvan!?" panik karena yang dipanggil tidak menyahut.
"El-Elvan!? El--"
Srett. Kamera gawai dibuka kembali, tetapi yang muncul bukan wajah sang pemilik, melainkan orang yang selalu menggangu waktunya akhir-akhir ini; Rafael Naja anak lelaki yang sering kali mengganggu waktu tidurnya. Berbagai pertanyaan dia lontarkan, semisal menanyakan sudah makan atau belum, apa kesukaannya, hobi dan lain sebagainya. Tentu saja aneh, menakutkan.
"Heh! Kok ada lo di situ? Mana Elvan?!" tanyanya ngegas.
Rafael terlihat menghela napas sebentar, kemudian dia meraih ponsel Elvan dan membenarkan posisi duduknya. Anya yang merasa kesal karena tingkah tak tahu malunya seorang Rafael, hendak memutus sambungan sebelum suara lelaki itu terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lirih [Park Jisung] || NCT Dream
Ficção AdolescentePlagiat dilarang keras!! ❌ [ON GOING AGAIN TONIGHT URI ZONYAA ^^] Dalam hidup kita belajar arti sebuah perjalanan, mengais sesuatu yang mungkin tak pernah kita dapat. Begitupun dengan seorang anak yang terlahir tidak utuh, ia tak sempurna. Berusaha...