✒————————––
April dan ceritanya.Sebenarnya, Elvan tidak terlalu menyukai musim panas. Bukan pula ia pecinta hujan. Hanya saja saat kemarau tiba, banyak orang-orang yang kepanasan, berkeringat demi segelintir uang dan ia tidak suka melihat itu. Lantas, bagaimana dengan hujan? Terlalu dalam luka bertopeng kenangan yang tertoreh di dalamnya. Terlebih, jika musim penghujan tiba. Sepatunya yang basah akibat terkena cipratan air dari pemotor atau mobil, membuatnya harus mencuci sebelum pagi menjelang. Dan hujan pun terkenal akan suasana menenangkan sekaligus menyedihkan. Elvan akui itu benar.
"Aku, kan udah bilang sama kamu, kalau sepatu basah tuh kasih tau! Nanti aku bawain gantinya, jangan diem aja!!" Anya mengomelinya sedari tadi tanpa henti.
Bukannya bicara, Elvan hanya menelisik wajah gadis itu seraya terus mengelus punggungnya supaya tenang. Anya tampak marah, meski suaranya terdengar sayup-sayup diantara hujan deras yang berteman gemuruh angin. Namun, namanya amarah tak bisa disembunyikan. Apalagi ini Anya. Gadis yang tak pandai mengatur emosi, kecuali saat terkejut.
Apa salah memakai sepatu setengah kering ke sekolah? Dia tidak punya pengganti. Sempat dicuci kemarin malam, dikira akan kering tapi ternyata tidak. Meskipun Abang selalu cerewet tentang sepatunya, pagi hari juga sempat diomeli dan berkali-kali pula ia menulikan pendengaran. Dia tidak mau merepotkan Kakaknya atau bahkan sampai merengek hanya demi sepasang sepatu baru. Elvan lebih suka menabung daripada meminta-minta pada sang Kakak.
Sedangkan baik Bisma maupun Mehran saling diam, mereka merasa aneh dengan perdebatan sepihak Anya.
"Dia kayak orang gila anjir" celetukan Bisma diamini oleh Mehran.
Saat sedang bingung menerjemahkan Elvan yang mulai angkat bicara, tiba-tiba saja derap langkah dari radius empat meter membuat keempat orang di sana terkejut. Terlihat Hendra dan Mika melambaikan tangan dari kejauhan.
"Lu harus tau, si Janu udah balik Bandung! Dia cuma dua hari di Jakarta cuyy!!" teriaknya.
Suara yang memekakkan telinga itu nyaris meledakkan emosi Bisma, dia ingin sekali menoyor kepalanya tapi ditahan oleh Mehran. Kalau kejadian berabe, mereka tidak sedekat itu untuk melakukan adu jotos sambil mengumpat. Sedangkan dirinya sudah biasa menjadi ring tinju.
"Sabar, sabar, istighfar!" katanya seperti sedang menyadarkan orang kesurupan. Bukannya, meredam kekesalan. Justru malah memancing api yang lebih besar, alhasil dia ditimpuk sampai bunyi 'buk'.
"Lah? Anjer, mana tuh curut?! Kok ilangnya cepet?!! Si Mika mana?!!!" Hendra kaget saat gadis itu tiba-tiba menghilang bersamaan dengan Anya.
"Ndraaa! Larinya kok kenceng banget, sih?! Nggak nungguin aku!" sebut saja namanya Yuna, anak Ipa 2 yang demen banget sama Hendra.
"Busett dah! Orang-orang pada suka teriak kenapa, sih?!" Bisma sudah mendidih sejak tadi, padahal sendirinya kalau bicara pun sama saja.
"Lu juga bangke!" agaknya, Mehran muak dengan semua vokal suara yang digunakan oleh teman-teman sekolahnya. Banyak yang pakai sopran si paling tinggi alih-alih mezzo sopran yang lebih sopan di telinga.
"Ndraa, ih! Aku hampir jatuh tadi, kamu jahat banget nggak nungguin!!" melihat ada kesempatan, Elvan langsung terbirit-birit menuju kelas yang kebetulan tak jauh dari sana.
"WOYY ELVAN!!" tepat setelah teriakan tersebut, suasana chaos karena tingkah manja lita Yuna bikin Hendra depresi sendiri. Tangan gadis cantik itu bergelayut manja di lengannya, tangan lain mengusap lembut bahunya. Tampak nyaman, tapi tidak dengan Hendra yang sangat tertekan.
"Shiball!!!" umpatnya yang disusul tawa keras dari Bisma, terutama Mehran yang udah 'meleyot' saking ngakaknya.
ʚᰔᰔᰔɞ
KAMU SEDANG MEMBACA
Lirih [Park Jisung] || NCT Dream
Novela JuvenilPlagiat dilarang keras!! ❌ [ON GOING AGAIN TONIGHT URI ZONYAA ^^] Dalam hidup kita belajar arti sebuah perjalanan, mengais sesuatu yang mungkin tak pernah kita dapat. Begitupun dengan seorang anak yang terlahir tidak utuh, ia tak sempurna. Berusaha...