15. Love Scenario

17 3 0
                                    


Skenario cinta dari Tuhan itu memang indah, selalu berterima kasihlah pada orang-orang yang telah mencintaimu sepenuh hati. Sebab mereka ialah yang terpilih untuk menemani harimu, mengobati lukamu, atau mungkin menjadi sandaran saat semesta sedang tak peduli.
-lirih

Hari ini adalah hari terbebasnya para siswa-siswi kelas tiga dari ujian-ujian yang memuakkan, dan semua itu cukup membuat semuanya stress akibat banyak yang tidak belajar sejak awal. Sebagian besar dari mereka menggunakan sistem kebut semalam, sungguh kasian generasi muda saat itu. Harusnya, jika masih muda semangat dan keinginan mereka menggapai cita-cita setinggi langit berkobar. Untungnya, semua lulus pun hanya tinggal memotret momen di sana-sini. Meskipun kelulusan mereka lebih lambat dari yang lain, tapi tetap bersyukur karena akhirnya bisa menimba ilmu lebih dalam di tingkat selanjutnya.

"Anjay, gue berasa mo meninggal gegara ujian yang ngebut banget" keluhan frustasi terdengar menghantam lantai lorong kelas dua belas IPA III.

Pletak!

Tepat setelah itu, cerocosan Anya terdengar.

"Istighfar maneh teh, kalau ngomong jangan seenaknya! Meninggal, meninggal aja yang disebut kalau Allah beneran mewujudkan gimana? Goblok! Bersyukur lu lulus sekarang, makanya belajar yang bener!!" Maafkan tutur kata yang tidak sopan dari Anya.

Sebab rasanya ingin menarik bibir Bisma yang kalau mengeluarkan suara seperti hewan, tidak terdidik. Anak muda zaman sekarang ini memang punya etika, tapi sopan santun berbicara kurang diasah. Baiklah, terserah, apalagi yang akan mengguncang hari yang indah ini.

"Woyyy, anjay sekkiya!" seloroh Hendra yang datang bersama Yuna di belakangnya. Anak itu bicara kasar dalam bahasa Korea, para gadis pasti sudah tahu artinya, terutama Anya yang sering melihat drama Korea.

Terlihat Yuna yang masih mengejarnya terengah-engah sambil menyingkap gaun abu-abu bak putri dalam dongeng kerajaan, Hendra pun tampak gagah dengan pakaian kasual yang dibalut jas biru dongker, tampan serasi bersama sepatu dari Dr Martens 1461 Mono Black. Yang rupa-rupanya harga sepasang sepatu itu mencapai 7 digit.

"Pliss Yun, gue takut banget sama lo dan berhenti ngikutin gue anjirr!" katanya tak tahan, sementara dari kejauhan terlihat Janu dan Rara yang sedang berkunjung ke sekolah dengan pakaian semi formal.

Karena ujian mereka lebih cepat daripada sekolah Elvan, jadi kedua anak remaja tesebut memutuskan untuk mampir sebentar. Memastikan Elvan baik-baik saja, memang seperti itu niatnya. Janu bingung melihat sesuatu yang terjadi di sana, sedangkan Rara langsung merebut paksa anak laki-laki yang menatapnya sembari memohon. Ia hafal dengan gelagat Hendra yang begitu, saking seringnya Rara tak perlu menebak-nebak lagi. Melihat para remaja yang bergerombol sambil selfie bersama Mama, Papa, atau sanak-saudara lain yang ikut serta menghadiri kelulusan. Beda hal dengan Anya dan kawan-kawannya, yang memutuskan untuk duduk-duduk di sekitar selasar tempat mereka biasa berkumpul. Mungkin, suatu saat tak bisa lagi ke sini karena kesibukan masing-masing.

"Jangan deket-deket dia, nanti lu ketularan aneh" sambil menyembunyikan Hendra di belakang tubuhnya.

Hendra yang merasa terlindungi tersenyum puas, di sisi lain Yuna justru terdiam, tidak menanggapi, atau sekadar mendelik sebal. Entah kenapa, tapi Yuna seolah tahu sesuatu tentang keduanya. Jadi, dia memilih untuk undur diri dari keributan kecil tersebut.

"Eh, Anya, lo udah denger kabar si Elvira belum" tiba-tiba gadis itu menoleh pada Anya.

"Elvira saha anjirr?" tanya Anya kebingungan, dia tidak tahu siapa yang tengah dibicarakan anak perempuan di depannya.

Yuna menepuk jidatnya, ia lupa nama Elvan yang malah salah sebut jadi 'Elvira' yang sekalipun tidak ada di sekolah, ketahuilah sebenarnya, Yuna diam-diam menghapal nama teman-temannya tanpa kecuali beserta keunikan mereka. Tapi, dia tiba-tiba lupa nama Elvan.

Lirih [Park Jisung] || NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang