Sudah sampai sejauh ini dia berjuang sendirian, melalui perih, getir, dan susah bertahan untuk tetap hidup tanpa meminta manusia lain membantunya. Namun, sesekali kebaikan dari sang Kakak dan teman-teman membuatnya merasa bahagia. Hidupnya seakan istimewa. Ia hidup untuk menjadi nyata, bukan menjadi sempurna. Itulah mengapa Elvan tak pernah mau merepotkan orang lain, namun jika sudah tak bisa diatasi sendirian, setidaknya dia butuh Kakak sebagai perisai hidupnya.
"Van, kenapa harus ke rumah sakit lagi, sih? Padahal kata dokter Soya kamu udah bisa bebas" Rara merengek seperti bayi.
Gadis itu tidak sibuk ke mana-mana, dia mengurung diri sendiri karena memikirkan masa depan saja tak lebih. Katanya anak gadis itu memutuskan untuk bekerja dulu selama satu tahun penuh agar bisa membantu Elvan dalam pengobatan, tapi Elvan sudah dibantu oleh banyak orang termasuk Kakaknya, Ayah Anya yang membantu, kadang Hendra juga ikut-ikutan berbagi uang hasil menyumbang suaranya di kafe-kafe; Elvan rasa sudah cukup dengan semua itu, mereka tak perlu repot menyumbang uang untuknya, sebab Abang juga masih mampu bayar biaya rumah sakit. Apalagi setahun lalu Papa ikut campur juga dalam urusan administrasi. Menurutnya Rara tak perlu membuang waktu untuk dirinya, dia bisa menggunakan uang itu untuk keperluan dirinya sendiri.
"Pokoknya aku mau kerja dulu, kita sama-sama berjuang supaya kamu bisa cepet di operasi" Rara tersenyum pedih sesaat setelah mengatakan bahwa Elvan harus melakukan operasi bedah.
"Aku tidak mau menerima uang kamu!"
"Ihh kenapa??!" Rara meninggikan suaranya.
Namun, Elvan tampak tak mau kalah sebab anak itu mengernyitkan dahinya. Menekan setiap kata dalam kalimatnya melalui gerak tangan yang lebih tegas.
"Aku sudah bilang padamu, jangan pernah jadikan aku alasan untuk bekerja. Kalau kamu mau kerja ya sudah uangnya kamu ambil saja buat kebutuhan kamu, bukannya kamu mau jadi model?!"
"Iya emang, tapi aku ngerasa nggak mungkin kecapaian Van! Makanya aku lebih milih jadi orang biasa aja"
"Kamu bukan Rara yang kukenal..."
Ada nada sedih di dalamnya dan Rara juga bisa merasakan hal tersebut. Sama seperti pertama bertemu dengan Elvan, ia terlihat cukup perasa. Namun, akhir-akhir ini anak lelaki itu terkesan lebih emosional daripada saat pertama mereka kenal. Rara mulai merasa gelisah, tapi entah apa alasannya, dia juga tak tahu itu.
"Van, kenapa kamu nggak mau dibantuin?" tanyanya untuk kesekian kali.
"Aku sudah bilang, semua yang membantuku cukup Ra. Tolong kali ini saja sayangi dirimu sendiri, pikirkan dirimu, jangan aku terus aku mohon"
"Oke, aku bakalan merhatiin diri aku sendiri tanpa kamu suruh. Tapi, kalau kamu kesulitan bisa minta bantuan aku kapanpun. Sekarang kan Anya udah jadi cewek kamu, jadi bagian penting dari hidup kamu, dia pasti garda terdepan buat kamu ke depannya, dan aku cuman mengisi kekosongan kalian dengan cara membantu" Elvan tersenyum lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lirih [Park Jisung] || NCT Dream
Genç KurguPlagiat dilarang keras!! ❌ [ON GOING AGAIN TONIGHT URI ZONYAA ^^] Dalam hidup kita belajar arti sebuah perjalanan, mengais sesuatu yang mungkin tak pernah kita dapat. Begitupun dengan seorang anak yang terlahir tidak utuh, ia tak sempurna. Berusaha...