25. Orang-orang Tak Paham

13 1 0
                                    

Puk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Puk. Puk.

Kavindra terbangun begitu sebuah sentuhan yang lembut di punggungnya. Ia refleks bangun dengan cepat, alhasil pusing melandai dirinya. Ah, Kavin tidak tahu kalau ternyata semalam dia ketiduran di kamar sang Kakak setelah mandi dan makan malan, mungkin sekitar pukul delapan. Saking capeknya.

"Sial, kenapa gue bisa di sini, sih?" gumamnya.

Telinga Elvan yang pada dasarnya sangat tajam itu menangkap perkataan Kavindra, lalu dia tersenyum.

"Kamu semalam sangat ngotot ingin tidur di kasurku"

"Hah? Mana mungkin gue begitu nggak usah ngada-ngada lo!" kesalnya.

Karina memutuskan hubungan dengannya, lantas sang Kakak terlibat kasus, kemudian apa lagi yang akan dia rasakan. Padahal, dirinya sudah pusing hanya karena satu masalah di tempat latihan ice skating, hari-hari jadi suram, semuanya pun kacau balau.

"Asal lo tau, gue nggak akan pernah relakan Karina buat lo. Jangan kira selama ini lo nggak tau, kalau dia suka sama lo?"

"Aku tidak tertarik dengannya"

Kavin tertawa mengejek, "Nggak usah munafik, semua cowok tuh nggak ada yang bisa menolak pesona dia" katanya tetap membela sang mantan pacar.

"Oh?" Kavindra mengangkat sudut bibirnya, tidak percaya pada Elvan.

"Kalau nggak salah, lo punya cewek ya?" tanpa ragu Elvan mengangguk.

"Iya, tapi sekarang dia sedang butuh sendirian" jawabnya kemudian.

Seakan tak senang mendengarnya, Kavin langsung berteriak di pagi buta. Tentu saja karena Elvan selalu bangun jam tiga pagi, meskipun dia tidur jam satu. Namanya ibadah harus dilakoni, begitu prinsip hidupnya selama ini. Melihat sang Kakak yang sangat baik untuk dicontoh, Elvan menjadikannya panutan selain Nabi Muhammad SAW.

"Lo pikir hubungan begitu sehat? Putus aja sana, gue nggak seneng liatnya! Lo pikir gue nggak tau? Dia ngejauhin lo karena denger kabar burung itu, kan?! Nggak usah ketemu lagi sama dia man, lo bukan barang yang abis dipungut terus dibuang!" gema suara Kavindra terdengar ke seluruh ruangan

Meskipun begitu, Elvan hanya diam, ia tidak punya tenaga untuk sekadar membalas perkataan Adiknya. Tubuhnya terasa sangat lelah, punggungnya sakit, kepala pusing, dan lagi telinganya seperti berdengung. Itu adalah perasaan yang wajar yang tiap hari dia rasakan; bahkan biasanya seluruh tubuh seolah mati, tapi sekarang ia sudah tidak kuat lagi. Sesaat kemudian, Elvan tak sadarkan diri.

ʚᰔᰔᰔɞ

"Gue percaya sama lo, kalaupun lo dituduh sebagai pembunuh."

Suara Hendra membelah keheningan malam kala itu, bersatu dengan riuh angin malam yang cukup dingin. Namun, Elvan masih geming di tempatnya. Ia tak bergerak, hanya terus memandang sang sahabat dengan tatap yang begitu menyiksa. Akhirnya, setelah sekian lama ia bisa keluar berkat Papa, sementara Mama sejak kemarin tidak pulang entah ke mana. Padahal, ia begitu merindukan sosok wanita itu.

Lirih [Park Jisung] || NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang