38. Biarkan aku bahagia

27 1 0
                                    

"Mau apa kamu?" Hana melipat kedua tangannya di depan dada.

Memindai penampilan anak keduanya yang selalu membuat dia malu. Elvan memainkan jemari sambil melihat baju kaus putihnya yang sedikit kebesaran, dia semakin kurus. Bisa terlihat jika memandangnya dengan saksama. Namun, bagi Hana itu tidak seberapa dengan penderitaan yang dia alami.

"Kamu tau? Kamu anak yang paling nggak tau malu yang pernah saya lahirkan ke dunia. Padahal, di antara kami berdua tidak ada orang tuli dan bisu, tapi kamu merusaknya. Kamu kira apa yang dibilang oleh orang-orang tentang keluarga besar kita akibat kamu? Percuma saja saya bicara, yang kamu tau hanya main dan makan"

Pernyataan seloroh itu tak terhindarkan, Elvan tetap diam tak bergerak sama sekali.

"Hidup di dunia itu sudah sulit, tapi kamu malah menambah bebannya" Hana masih belum selesai bicara.

"Hah! Sedang apa aku ini bicara dengan si bisu" katanya hendak pergi.

Tapi, tangan Elvan jauh lebih dulu menarik lengan sang Mama. Membuat wanita itu melotot karena marah. Tak terima diperlakukan begitu, Hana mencoba melepaskan tangannya.

"Kamu sedang apa?!" suaranya meninggi beberapa kali lipat dari biasanya.

Tak tahu lagi apa yang harus dibicarakan, tapi di otak dan hatinya banyak sekali hal yang ingin ia sampaikan. Bagaimana jika setelah ini dia semakin dibenci oleh Mama? Namun, anak laki-laki itu sudah memutuskan. Sekali sudah memutuskan sesuatu, ia tak akan kembali pada rencana lain, maka biarkan hari ini dirinya mengungkapkan segala yang ada di benaknya. Kacamata bulat yang dia pakai sangat cocok dengan hidung mancungnya. Kaus putih bertulisan besar menutupi tulang yang mulai timbul dibalik kulitnya, ia kurus, tapi pipinya tetap sedikit berisi. Akan tetapi, semua itu tak bisa membuat dirinya terlihat baik-baik saja.

"Saya tanya kamu sedang apa?!!" cara Hana memperlakukan anak-anaknya tidak ada yang beda.

Meskipun dia membuat skenario seolah-olah Kavindra yang jadi pemenangnya, tapi akhir-akhir ini Elvan tahu semua itu palsu. Tidak hanya sikapnya, perasaan Hana juga terasa bohong semua, bahkan dia melakukan berbagai macam cara untuk bahagia. Namun, yang dia dapat hanya perasaan hampa dan kurang. Hana tak bersyukur dengan apa yang sudah dia miliki, dengan apa yang Tuhan beri, maka dari itu orang semacam dia tak akan pernah tahu apa itu nikmat Tuhan. Namun, bisakah dirinya masih tetap menolak perasaan anak itu...?

"Ma... El tau kalau Mama sayang sama semuanya termasuk El"

Hana terdiam melihat gerak tangan yang membentuk beberapa kalimat menyakitkan itu. Selama ini Hana belajar bahasa isyarat saat Elvan masih tahap belajarpun dia mengikuti kelas bahasa isyarat. Tetapi, Hana tak mau terlihat jika dirinya mengerti tentang perasaan anak keduanya itu. Mengerti setiap hal yang dia katakan melalui tangan. Mirisnya adalah dia tak pernah paham mengapa Elvan selalu meminta pelukan padanya.

"Tolong kali ini biarkan Elvan bahagia, El juga mau bahagia, Mama cukup mengurus El sampai saat ini..."

Hana merasa tak pernah mengurus hal apapun untuk anak itu. Air matanya bisa saja turun jika dia lupa, bahwa Elvan anak yang tak pernah dia inginkan kelahirannya ke dunia ini. Terakhir kali ia melihat Elvan tersenyum bebas adalah saat itu... empat tahun lalu sebelum dia dinyatakan sakit.

"Elvan tahu Mama mengerti apa yang Elvan katakan meskipun tanpa bantuan alat, maka dari itu El mau bilang sama Mama..."

Terlepas dari hal-hal menyebalkan yang dibuat oleh sang anak, Hana masih mau mendengarkan kelanjutkannya. Wanita itu tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya saat Elvan berhenti bicara. Was-was sambil memperhatikan gerak-gerik anak itu tanpa henti.

Lirih [Park Jisung] || NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang