5 September 2019.
Hana terdiam mematung, bahkan dirinya jadi bisu ketika suara sang suami terdengar begitu menyakiti hatinya. Bukan, bukan perihal nada tinggi yang biasa mereka gunakan untuk bercakap-cakap, atau lebih tepatnya berdebat setiap ada sesuatu yang jadi sumber masalah sekecil apapun itu. Melainkan, bagaimana nada lirih dan sedih juga marah di dalamnya tercampur sekaligus. Air mata yang sejak tadi ditahan, kini mulai jatuh juga, pria tangguh sepertinya bisa menangis karena satu masalah. Tangisan tersebut menghentikan perdebatan serius di antara keduanya.
"Sebenarnya, apa yang kamu tahu Mas...?"
"Kamu cukup meminta maaf kalau bisa berlutut saja di depannya" Arno mengusap air matanya sesaat, sebelum dia merubah kembali ekspresi wajahnya.
"Maksud kamu apa, sih aku nggak paham! Kamu suruh aku buat berlutut di depan anak bisu dan dongo kayak dia? Hah! Nggak akan pernah terjadi yang ada dia yang harusnya patuh sama perintah aku!!" Hana meluapkan kembali emosinya yang sempat tertahan.
Hidup yang penuh dengan kerikil yang lika-liku di dalamnya membuat Hana seolah sudah mati terhadap yang namanya rasa "tulus" dan benar-benar mengasihi. Dia terlalu rapuh untuk mengerti alur hidup sang anak yang jauh lebih buruk daripada dirinya. Kehidupan anak-anaknya dan perasaan mereka yang belum tentu dirinya mengerti meskipun seorang Ibu. Tapi, Arno tetap teguh pada pendiriannya hari ini, sebab istrinya harus tahu bagaimana Elvan bertahan hidup serta masih sempat berbagi walau di tengah kesengsaraan hati.
Prang!
Suara keras yang terdengar seperti benda jatuh itu membuat perhatian keduanya teralihkan. Dalam jarak sepuluh meter dari tempat mereka berdiri terlihat sosok Kavindra yang mematung sesaat, sebelum akhirnya dia menundukkan kepala. Arno menoleh sambil menghapus jejak air matanya.
"Maaf.... tadi aku kurang hati-hati vas bunga kesayangan Ayah jadi pecah"
Mata Hana melotot begitu melihat sekaligus mendengar pengakuan dari sang anak. Tidak ada kata cinta atau ramah, wanita itu tampak kesetanan karenanya. Vas bunga besar yang berisi bunga-bunga hiasan itu pecah berserakan ke mana-mana, alih-alih lembut seperti yang biasa orang lihat. Perlakuam Hana pada Kavindra akan membuat orang seperti Reyhan dan Elvan terkejut melihatnya.
"Anak bodoh! Kenapa kamu pecahin, sialan!!" Hana berteriak kesetanan sambil berusaha memunguti pecahan vas bunga tersebut.
Kavindra yang di dorong cukup kuat tak mampu menahan rasa sakit hatinya. Dia memilih untuk diam seribu bahasa, bahkan lebih bisu daripada sang Kakak. Beginilah wujud Mama yang asli. Dia bukan seorang Ibu yang pilih kasih, tetapi dari persfektif Elvan wanita itu jahat dan hanya sayang pada putra bungsunya. Namun, nyatanya Hana tidak punya cukup kewarasan saat menghadapi hal-hal yang sensitif baginya. Seperti saat ini karena vas bunga tua tersebut memilik nilai berharga baginya dan suaminya dulu. Sekarang hancur sudah....
"Ma, aku minta maaf--"
"Diam kamu!!" teriakkan Hana menggelegar ke seluruh penjuru ruangan, gemanya sampai bisa menimbulkan getaran di dada Kavindra.
"Kamu nggak lebih baik dari Kakak-kakakmu, tapi kamu masih mau bilang maaf ke saya?!" aura Hana sangat gelap.
Di sisi lain, Arno yang memang sedang punya masalah juga dengan Hana enggan untuk membantu wanita itu berdiri. Padahal, telapak tangannya bisa saja terluka karena pecahan keramik.
"Mama kamu sedang tidak baik saat ini, lebih baik kamu naik ke atas saja" ucapnya pada sang anak kandung.
Kavindra menuruti perintah Papa, dia berjalan menuju anak tangga yang melingkar itu dengan langkah berat. Setelahnya, pria dengan jas yang masih rapi itu menghampiri istrinya yang tengah menangis sesegukan bukan main. Di raut wajahnya seolah tak ada setitikpun belas kasih pada wanita gila itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lirih [Park Jisung] || NCT Dream
Novela JuvenilPlagiat dilarang keras!! ❌ [ON GOING AGAIN TONIGHT URI ZONYAA ^^] Dalam hidup kita belajar arti sebuah perjalanan, mengais sesuatu yang mungkin tak pernah kita dapat. Begitupun dengan seorang anak yang terlahir tidak utuh, ia tak sempurna. Berusaha...