✒---------------------------------------
Pada bulan ini, banyak hal mengejutkan."Elvan!" sebuah teriakkan masuk ke dalam telinganya.
Ia menoleh dikagetkan dengan sosok yang selama ini selalu menghindari dirinya, dan salah satu sahabat yang termakan kabar burung dari mulut manusia jahat. Anak itu berlari ke arahnya seolah-olah tidak ada hari esok untuk bertemu.
"Mau ke mana?" tanyanya.
Elvan yang sadar langsung menjawab tanpa beban.
"Aku akan pergi ke rumah Anya, Papanya mengajakku makan malam, ada apa Janu?" Elvan kembali bertanya.
Namun, suasana tiba-tiba terasa berbeda dari sebelumnya. Aura Janu seperti orang yang sudah lama tak keluar dari rumah, biasanya dia yang paling sering jalan-jalan ke mana pun dirinya mau, orang tuannya juga tidak membatasi pergaulan Janu. Jadi, dia berteman dengan siapapun terutama para gelandangan. Sekali lagi, kali ini raut wajahnya benar-benar tidak baik.
"Kamu kenapa--"
BRUK!
"GUE NYESEL! GUE MINTA MAAF!! TOLONG MAAFIN GUE VAN!"
Elvan yang terkejut sekaligus kebingungan mencoba menenangkan Janu dan membantunya untuk berdiri. Tetapi, alih-alih menerima uluran tangannya, Janu justru semakin menundukkan kepala dan membiarkan tubuhnya jatuh di tanah. Ini masih di depan rumahnya, Elvan takut para tetangga akan berpikiran buruk. Karena nama baiknya belum pulih di kalangan mereka. Walaupun sudah ada beberapa yang kembali menyapa Elvan penuh cita, dan tentu saja disambut dengan cinta. Dia mengcengkram sepeda ontelnya.
Janu, kenapa dia seperti ini...
Sampai hatinya ikut nyeri melihat keadaan sang sahabat. Janu kelihatan sedang sakit, wajahnya pucat, bibirnya kering dan mengelupas, bahkan hoodie berwarna hitamnya memperburuk keadaan.
"Gue tau gue salah besar...." suaranya bergetar ditelan penyesalan.
"Gue nggak mau lo kena masalah besar, makanya saat itu gue emosi, dan mukul lo tanpa mau cari tau kenyataannya. Karena gue takut nggak bisa maafin lo, tapi kelakuan gue harusnya nggak lo maafin Van. Harusnya lu pukul gue juga saat itu karena gue udah kemakan omongan orang! Elvan bodoh!! Ngomong dong, kalau gini caranya gue ngerasa tersiksa! Maafin gue Van...! Tolong ngomong sesuatu!!" pernyataan mendadak yang panjang lebar dari Janu yang terus menerus mengucapkan kata "maaf" tanpa henti.
Tapi, menurutnya Janu memang bersalah karena memukulnya tanpa belas kasih. Bukan hanya sekali, Janu melakukannya beberapa kali sampai dia memar, namun baginya Janu tetaplah Janu, dia tidak akan berubah kalau tak ada alasan yang pasti. Mungkin saat itu Janu sedang stress akibat belajar untuk masuk perguruan tinggi negeri jalur mandiri. Elvan menyimpulkan bahwa tindakan Janu adalah reaksi teman yang wajar, apa lagi hal yang menimpanya bukan masalah sepele. Sebab itulah Elvan memutuskan untuk memaafkannya. Sungguh, ketulusan yang tidak berarti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lirih [Park Jisung] || NCT Dream
Novela JuvenilPlagiat dilarang keras!! ❌ [ON GOING AGAIN TONIGHT URI ZONYAA ^^] Dalam hidup kita belajar arti sebuah perjalanan, mengais sesuatu yang mungkin tak pernah kita dapat. Begitupun dengan seorang anak yang terlahir tidak utuh, ia tak sempurna. Berusaha...