24. Rekaman

104 48 11
                                        

"Terkadang apa yang kita inginkan tak bisa didapatkan, namun satu hal yang harus kamu tau melihat mu tersenyum dan menerima pertemanan kita saja sudah membuatku bahagia meskipun dalam hatiku selalu berharap kalau kamu bisa menerima perasaan ini!"
Haikal Arrafa Rifai

"Terkadang apa yang kita inginkan tak bisa didapatkan, namun satu hal yang harus kamu tau melihat mu tersenyum dan menerima pertemanan kita saja sudah membuatku bahagia meskipun dalam hatiku selalu berharap kalau kamu bisa menerima perasaan ini!" ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ke esokan harinya Haikal yang masih terngiang-ngiang dengan ujaran Naurah, kini mulai mencerna semua kejadian yang menimpanya. Hal ini dapat dia rangkai satu persatu puzzle yang ia kumpulkan. Haikal teringat akan rekaman yang diberikan oleh Naurah kemarin. Haikal berniat ingin melihat dan mendengarkan hasil rekaman dari ayah Naurah yang sempat ia rekam pada waktu kejadian.

Beberapa saat setelah menunggu handphone itu menyala, jari Haikal mulai mencari dan mengecek satu persatu data yang tersimpan di handphone tersebut. Tak lama setelah Haikal terpaku dengan satu data yang bertuliskan bukti.

"Apa ini bukti yang dimaksud!" batin Haikal penasaran.

Pada saat membuka data tersebut benar saja Haikal dikejutkan dengan sebuah video yang memperlihatkan pria bertopeng meski dari samping serta kejauhan namun terdengar jelas ucapan dari pria bertopeng tersebut sembari memandangi sebuah foto yang tak jelas di video itu.

"Kamu yang tenang yah dek! Abang udah berhasil menangkap Haikal dan Abang juga akan membalaskan semuanya kepada Haikal yaitu dengan kematian. Bukan hanya itu, Abang juga akan menyiksanya dengan melihat orang yang dia sayangi malah menikungnya siapa lagi kalau bukan Naurah, dengan begini Haikal akan merasakan apa yang dirasakan kamu de!!" Ujar mister X dengan lirih dan penuh dendam.

Kemudian rekaman video itu terhenti saat mister X itu mendengar ada suatu yang jatuh dan membuat ayah Naurah kabur dari tempat dan berusaha menyelamatkan diri serta bukti yang dia dapat.

Haikal yang melihat itu tuntas dengan  sadar bahwa sebenarnya Naurah dan ayahnya tidak terlibat. Melainkan menjadi sebuah korban dari balas dendam dari pria bertopeng untuk menghancurkan Haikal.

"Jadi bener apa yang di ucapkan oleh Naurah di hanya sebagai alat untuk pembalas dendam dari mister X itu. Itu artinya Naurah tidak salah dia hanya ingin ayahnya baik-baik saja!" Gumam Haikal melamun sebentar dan membayangkan omongan Naurah waktu di cafe.

"Okee sekarang gue udah paham mengapa orang itu selalu incer gue karena dia berfikir gue adalah penyebab kematian dari adeknya, tapi siapa nama adiknya!!" Batin Haikal penasaran.

Drtttt

Drtttt

Lamunan Haikal dibuyarkan oleh getaran handphone miliknya dan langsung melihat nama dari orang yang menelponnya dia berharap itu adalah Asya namun nyatanya itu adalah Naurah.

"Naurah" batin Haikal

"Hallo"

"Hallo kal, lho udah berangkat kampus?" Tanya Naurah

"Belum, kenapa?" Tanya balik Haikal masih sedikit ketus.

"Kal, gue bingung mau minta bantuan ke siapa soalnya mobil gue mogok tiba-tiba dan bentar lagi pembelajaran akan di mulai lagi 45 menit!" Ujar panik Naurah.

"Lho dimana sekarang?" Tanya Haikal kembali.

"Gue masih di sekitar lingkungan basecamp tepatnya di jalan Anggrek" jawab Naurah.

"Oke, lho tunggu disitu gue jemput lho"

"Beneran kal"

"Iyah"

"Makasih yah"

"Hmmm"

...

Haikal langsung menutup telpon dan bergegas ke tempat Naurah berada. Saat menuruni tangga Haikal dikejutkan dengan ayahnya yang sedang duduk di sofa sembari memainkan handphone miliknya.

"Mau kemana kamu?" Tanya ayah Haikal.

"Mau ke kampus!" Jawab Haikal

"Belajar yang benar jangan motoran aja kelakukannya tiru Abangmu itu!" Sindir ayah Haikal.

"Kalau papah terus-terusan bandingin aku sama bang Niam, mending papah tinggal diluar negeri aja pah karena cuman mamah dan bang Niam yang bisa nerima kekurangan dan kelebihan Haikal!!!" Jelas Haikal dengan suara sedikit menekan dan menahan emosi.

"Haikal, papah gini karena sayang sama kamu. Papah cuman nggak mau kamu itu tidak punya masa depan yang jelas kalau terus-terusan menghabiskan waktu dijalan raya tanpa tujuan!!!" Bentaknya dengan keras.

"Udah yah pah, stoppp Haikal nggak mau lanjutin perdebatan ini. Haikal cuman mau bilang minta maaf sama papah karena Haikal belum bisa menjadi apa yang papah inginkan!" Jawab Haikal dengan menelungkup kedua tangannya di dada.

"Assalamualaikum pah" sambung Haikal tanpa basa basi meninggalkan ayahnya yang masih berdiri di sofa.

"Anak ini selalu aja begitu!!" Batinnya  yang masih melihat kepergian Haikal dari kejauhan meski sudah tak terlihat lagi.

##

Di tempat lain Asya dan Raya sedang berada di depan taman rumah sembari menunggu kedatangan bang Rey dari rumah makan untuk mengecek beberapa keperluan yang harus dipenuhi.

"Sya, masih lama nggak iyah kira-kira bang Rey datang" gerutu Raya sembari melihat arah jarum tangan yang ia pakai.

"Sebentar lagi kayaknya, soalnya tadi Abang bilang dia bentar lagi nyampe!" Jelas Asya berusaha menenangkan Raya yang gelisah takut telat masuk pembelajaran.

"Okeeey, kalau belom nyampe aja dalam waktu 10 menit kita berangkat yah" tawar Raya.

"Okeey" jawab santai Asya.

Baru saja Raya membuat tawaran untuk Asya, bang Rey datang dengan tepat waktu dan membawa beberapa kardus di belakang.

"Maaf yah kalian pasti udah nunggu lama!" Ujar bang Rey.

"Lumayan bang, yaudah bang kita berangkat dulu yah takut telat!" Jawab Asya dengan berpamitan salam pada Kakak laki-lakinya.

"Iyah hati-hati, ouh yah nanti kamu ke sananya dianter Raya aja yah, Raya boleh nggak?" ujar bang Rey meminta persetujuan dari Raya.

"Iyah bang, nggak ppa biar sekalian juga arah pulang" jawab Raya tersenyum.

"Makasih yah Ray" ujar Asya

"Hmm, sama-sama" jawab Raya singkat.

"Yaudah kita berangkat dulu, assalamualaikum" pamit Raya setelah melihat Asya sudah bersalin dan menuju mobil untuk berangkat ke kampus.

"Yaudah kita berangkat dulu, assalamualaikum" pamit Raya setelah melihat Asya sudah bersalin dan menuju mobil untuk berangkat ke kampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Yeayyy ... Akhirnya chapter lanjutan sudah di up yah wkwkwk, menurut kalian gimana? Seru nggak? Atau kurang ngfeel?

Mohon maaf yah kalau ada typo dalam penulisan hehehe...

Semoga suka dan jangan lupa voment yah, biar aku semangat update 😙

Amanah Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang