32. Berkecamuk

106 52 11
                                    

"Saat hati sudah sepenuhnya percaya namun dipatahkan dengan kenyataan itu memang sakit. Tapi jika tidak dipatahkan akan selalu dibayangi oleh imajinasi yang tak pernah terwujud"
Haikal Arrafa Rifai

Saat hati sudah sepenuhnya percaya namun dipatahkan dengan kenyataan itu memang sakit tapi jika tidak dipatahkan akan selalu dibayangi oleh imajinasi yang tak pernah terwujud

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat hati sudah sepenuhnya percaya namun dipatahkan dengan kenyataan itu memang sakit tapi jika tidak dipatahkan akan selalu dibayangi oleh imajinasi yang tak pernah terwujud. Menelusuri rasa sakit sepanjang jalan membuat seseorang tersadar akan sebuah takdir yang mungkin tak bisa kita gapai tanpa meminta kepada sang pencipta.  dengan mengingat momen indah bersama Asya membuatnya Haikal tak pernah menyangka bahwa dirinya harus menerima kenyataan tentang perjodohan bang Niam dengan Asya.

"Kenapa, gue harus alami rasa sakit lagi setelah bangkit dari rasa yang gue takuti selama ini!!!"

"Apa gue nggak berhak dicintai atau bahagia...hah!!!"

"Dan apa gue harus ngalamin semua rasa ketidakadilan ini, apa salah gueee!!!" Ujar Haikal dengan ungkapan kesal, marah, sedih dan tak berdaya menjadi satu.

Kali ini Haikal berada dititik dimana harus kehilangan orang disayangi untuk kedua kalinya, namun rasa sakit yang dirasakan dua kali lipat saat harus melepaskan sosok perempuan yang sudah menyadarkan dirinya akan jalan yang lebih baik lagi yaitu Asya.

Haikal menundukkan kepalanya dengan menatap setiap inci jalanan yang sepi, setetes air yang kini mulai turun dengan deras mengiringi perjalanan Haikal yang penuh dengan kesedihan.

##

Asya yang menatap jendela kamar sembari melihat hujan yang deras seakan dunia tahu kalau dirinya saat ini benar-benar kehilangan sosok yang sudah memberikan pelangi dihidupnya yaitu Haikal. Sesekali Asya menatap handphone miliknya dan berharap Haikal menjawab pesan dan telpon yang ditinggal.

"Kal, asal lho tau disini bukan hanya lho yang ngerasain rasa sakit itu disini gue juga rasain kal!" Gumam Asya sembari menitikkan air mata yang sudah tak tertahankan.

Menepi di setiap rintikan air mata yang jatuh membuat suasana malam ini semakin gelap tanpa sepercik cahaya yang menyinari sampai sang harapan datang dengan memberikan sebuah keraguan. Mendengar perut kosong bang Rey bergegas menuju dapur dan berniat untuk memakan sesuatu yang bisa menahan lapar yang menghampirinya saat ini. Bang Rey terus mencari sesuatu yang bisa dimasak cepat namun sayang tidak ada mie instan di dapur. Melihat waktu yang sudah larut malam dengan berat hati bang Rey harus mengurungkan niatnya dan kembali ke kamar dengan perut kosong.

Asya yang masih belum bisa tidur karena terpikir akan kondisi Haikal yang saat ini masih belum membalas pesan. Asya yang hendak ke bawah untuk mengisi segelas air putih dikejutkan dengan bang Rey yang berpapasan di tangga.

"Asya lho belum tidur?" Tanya bang Rey yang heran akan kondisi mata Asya saat ini seperti sehabis menangis.

"Iyah bang, Asya bentar lagi tidur kok!" Jawab Asya sedikit memiringkan bibirnya dan mengalihkan pandangannya ke bawah agar tak terlihat dengan matanya yang sedikit sembab.

Amanah Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang