28. Pertemuan Pertama

95 50 9
                                    

"Mungkin hanya ini yang aku bisa aku lakukan sebagai tanda bakti ku kepadamu ayah dengan menjalankan pesan terakhirmu dan aku ikhlas menjalankannya karena aku yakin kau pasti tidak salah memberikan pesan ini untukku"
Asyafany Al-Ghifari

"Mungkin hanya ini yang aku bisa aku lakukan sebagai tanda bakti ku kepadamu ayah dengan menjalankan pesan terakhirmu dan aku ikhlas menjalankannya karena aku yakin kau pasti tidak salah memberikan pesan ini untukku" Asyafany Al-Ghifari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Menatap kolam ikan yang berada di dekat ruang makan menjadi salah satu tempat Haikal bersantai diri dalam mengurangi beban di dalam hati dan juga pikirannya.

"Apa gue siap kehilangan Asya untuk saat ini?" Batin Haikal menanyakan dirinya sendiri tentang perasaan yang ia rasakan saat ini.

"Sya, asal lho tau gue cinta sama lho. Tapi kenapa takdir memberikan rasa ini kalau ujungnya gue harus kehilangan lho!!" gumam Haikal yang terus memandangi ikan di kolam.
Hening itulah suasana saat ini yang dirasakan oleh Haikal.

Bang Niam berjalan dari parkiran menuju kamarnya, melewati meja makan sembari menarik koper yang ia bawa dari Jerman. Langkah kakinya tehenti ketika ia bertemu dengan salah satu pembantu dan menyuruhnya untuk menaruhkan kopernya di kamar, sementara bang Niam harus menelpon seseorang terlebih dahulu atas perintah sang ayah.

##

Asya dan Raya kini sedang berlatih takwondo bersama di halaman rumah Asya. Saat sedang latihan bertarung dengan Raya, Asya mendengar ponselnya berdering.

"Sebentar Ray, gue angkat telepon dulu" ujar Asya menyudahi latihannya dengan Raya.

Raya masih melanjutkan latihannya sendiri sembari menunggu Asya selesai mengangkat telpon.
Asya mengambil telpon dan melihat nomor yang tak dikenal menelponnya. Awalnya Asya tak ingin mengangkat, tapi terbesit dihatinya untuk mengangkat telpon tersebut karena takut itu penting.

"Hallo, assalamualaikum"

"Walaikumsalam, maaf apa benar ini Asyafany Al-Ghifari!"

"Iyah benar, maaf ini siapa?" Tanya Asya terkejut mendengar suara laki-laki yang mencari dirinya.

"Ouh yah maaf, perkenalkan saya anaknya pak Hanif dan saya dapat nomor kamu dari ayah saya!" Jawab datar lelaki itu.

"Ouh iyah, sorry saya gak tau kalau kamu anaknya pak Hanif!" Jawab Asya sedikit gugup mendengar penjelasan dari lelaki itu.

"No problem, justru saya yang minta maaf karena takut ganggu!"

"Nggak kok"

"Ouh yah saya menelpon kamu itu ingin mengajak makan malam hari ini untuk saling kenal satu sama lain, apa kamu bisa?" Tanya lelaki itu.

Asya berfikir sejenak sembari mengingat waktu kegiatannya hari ini, dan lebih memutuskan untuk mngiyakan ajakan dari lelaki itu agar Asya lebih mengetahui sosok orang yang akan dijodohkannya.

Amanah Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang