15. Trauma

138 67 22
                                    

"Ketenangan itu sangat dibutuhkan untuk kita yang sedang belajar bangkit dari luka masa lalu".
Haikal Arrafa Rifai

Hembusan awan mengikuti perjalanan Haikal dan Asya menjadi lebih menyenangkan saat menikmati udara yang mereka hirup disetiap perjalanan pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hembusan awan mengikuti perjalanan Haikal dan Asya menjadi lebih menyenangkan saat menikmati udara yang mereka hirup disetiap perjalanan pulang. Haikal merasakan seperti memiliki kebahagiaan yang baru dan lebih membuatnya nyaman serta ketenangan yang belum dia rasakan saat bersama Naurah.

"Kenapa gue merasa nyaman dan tenang banget seperti dekat sama bunda" Ujar Haikal dalam hati dan memandang Asya dari kaca spion motor.

"Kal, hati-hati jangan terlalu ngebut!" ujar Asya dengan sedikit mengeraskan suaranya agar terdengar oleh Haikal.

"Iyah sya, lho tenang aja bentar lagi nyampe"

"Iyah kal, yang penting kita selamat sampe tujuan"

"Iyah lho pegangan yang kuat gue mau ngebut"

"Iyah, tapi awas hati-hati" Asya langsung berpegang pundak Haikal dengan erat karena Haikal sekarang benar-benar dengan kecepatan tinggi.

Saat satu lampu merah lagi sampe di gang rumah Asya tiba-tiba sekelompok jaket hitam itu kembali menghadang motor Haikal dan membuat Haikal mengerem dadakan.

Asya melihat sekelompok orang jaket hitam kini berdiri dihadapan membuat Asya kembali teringat dengan kejadian yang telah menjadikannya sebuah trauma yang amat mendalam untuk dirinya.
Haikal yang merasa terpojok membuat dirinya harus menghadapi segerombolan tersebut dan meminta Asya untuk menjauh dari tempatnya. Sebelum Haikal menghampiri segerombolan tersebut sempat dia melihat ekspresi Asya yang berubah menjadi ketakutan dan tangannya tiba-tiba gemetar.

Asya yang mendengar Haikal menyuruhnya pergi membuat dirinya semakin ketakutan suara Haikal tadi benar-benar mirip dengan Dilla. Sehingga Asya langsung menutup kedua telinganya dan duduk berjongkok dengan memejamkan kedua matanya.

Perkelahian antara Haikal dan segerombolan berjaket hitam itu terjadi dengan hebat meski kewalahan tapi Haikal cukup jago dalam bela diri. Haikal berhasil memukul mundur segerombolan berjaket hitam itu dengan begitu apiknya. Haikal segera menghampiri Asya yang masih ketakutan, menutup kedua telinga dan kedua matanya sambil sesenggukan. Haikal baru pertama kali melihat Asya yang dikenalnya yaitu wanita berenergi, kuat dan pemberani bisa setakut ini.

"Sya!" panggil Haikal yang berada di depan Asya dan menepuk bahu Asya.

"JANGAN SENTUH GUE!!" bentak Asya dengan keras dan menjauh dari Haikal.

"Sya, ini gue Haikal!!" ujar Haikal seraya berusaha mendekati Asya.

"Nggak, ini salah gue Dilla" ujar Asya tak sadar dengan terus menutup kedua mata dan telinganya.

"Dilla maafin gue, Karena gue tidak bisa tolongin lho waktu itu!!" ujar kembali Asya.

"Syaaa, sadar sya ini gue" ujar Haikal dengan terus menepuk dan menggoyangkan pundak Asya agar tersadar.

Amanah Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang