tyaga dan brox sempat ingin membawa zifal ke kota untuk menemui tabib, walau mereka memiliki obat-obatan lengkap tyaga serta brox tetap tak percaya pada diri mereka untuk mengobati zifal mereka terlalu takut ada kesalahan, namun mereka berdua di tahan oleh zifal sendiri anak itu menangis sejadi-jadinya tak ingin pergi dari rumah dan apalah daya keduanya lemah dengan zifal jadi mau tak mau mereka berdua menurut.
Untung saja panas zifal turun saat hari menjelang siang, sekarang anak itu tengah di pangku oleh brox duduk di halaman belakang rumah.
Awalnya brox tak ingin membiarkan zifal keluar barang selangkah pun dari kamar namun anak itu merengek ingin merasakan udara luar.
hari ini mereka hanya mengonsumsi roti dengan selai yang sudah di buat zifal beberapa waktu yang lalu dan juga menggunakan margarin, untungnya masih ada sisa roti kemarin yang bisa di buat untuk sarapan, brox dan tyaga bisa memasak tapi mereka tak bisa membuat masakan seenak milik zifal, tyaga hanya bisa membuatkan bubur untuk kakaknya yang untungnya rasanya tak terlalu buruk rasa bubur biasanya, standar lah.
Zifal makan sembari di suapi tyaga dan di pangku brox yang juga sedang makan.
untungnya ada lemon madu kemarin cukup untuk menghilangkan sakit tenggorokan yang ia alami.
tyaga menatap sendu kakaknya, tyaga menggenggam erat sendok di tangannya jujur tyaga adalah seorang pendendam, akan ia pastikan untuk menghabisi mereka semua yang telah menyakiti kakaknya di masa depan, untunglah brox menyadari ekspresi tyaga lebih cepat dari pada zifal, zifal tak boleh tau bagaimana mereka berdua di belakang pemuda manis itu.
"kakak" zifal mendongak sembari memanggil brox pelan, sedangkan tyaga meletakkan mangkuk bubur itu lalu membersihkan sudut bibir kakaknya tanpa membuat zifal risih sedikitpun.
"ya?, ada yang sakit?" Tyaga mengusap surai adiknya pelan, menahan emosinya ketika melihat pipi bulat adiknya sedikit lecet, para bandit sialan benar-benar berurusan dengan orang yang salah.
"mau itu" zifal menggeleng pelan, walau kakinya memang nyut-nyutan ia tak ingin mengatakan hal itu pada kakak dan adiknya tak ingin membuat mereka khawatir, tyaga segera berdiri mengambilkan buah yang di tunjuk oleh kakaknya.
"tyaga cuci dulu ya kak" tyaga hanya mengambil beberapa karena sebagian masih hijau takutnya yang hijau akan membuat perut kakaknya sakit, buah apel yang sudah mulai matang itu menjadi berbagai makanan di dalam pikiran zifal anak itu mulai memikirkan apa saja yang dapat ia buat nanti jika semuanya sudah matang dan jika ia sudah pulih tentunya.
"un" zifal mengangguk antusias menunggu tyaga mencucikan apel itu untuknya, jika buah-buahan di sini selengkapnya ini mereka bahkan tak perlu khawatir kelaparan.
zifal menyodorkan kedua tangannya yang di balut perban tak sabaran, tyaga segera memberikan satu apel yang paling cantik dan matang pada kakaknya yang di terima zifal dengan senang hati, brox terkekeh pelan melihat tingkah adiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNBELIEVABLE
Historical Fictionalderich original novel. alangkah baiknya follow dulu sebelum baca. [ Slow update ] [ bromance ] zifal seorang pemuda yang memutuskan untuk tak lagi memiliki hubungan kekeluargaannya tiba-tiba saja di kejutkan dengan sesuatu yang mustahil terjadi di...