[20]

3.4K 450 38
                                    

sudah turun hujan kembali ketika hari menjelang sore, salah satu dari orang yang zifal selamatkan terbangun tampaknya yang paling muda di antara mereka, zifal merasa dua dari mereka adalah kakak beradik kandung terlihat dari rambut salah satunya m...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sudah turun hujan kembali ketika hari menjelang sore, salah satu dari orang yang zifal selamatkan terbangun tampaknya yang paling muda di antara mereka, zifal merasa dua dari mereka adalah kakak beradik kandung terlihat dari rambut salah satunya memiliki warna biru di penghujung rambut dan yang kecil memiliki warna biru yang lebih mendominasi, sedangkan satunya lagi zifal kurang yakin ia sedikit meringis melihat mata orang itu di perban.

untung sudah di perban oleh kakaknya jika tidak zifal tak berani melihat bukannya apa tapi zifal itu tipe orang yang ketika melihat luka maka rasanya luka itu juga ada di tubuhnya, rasa nyilunya menular.

anak kecil itu langsung terbangun dan terlihat ketakutan, zifal juga refleks mundur karena kaget, mata anak itu meliar melihat kesana-kemari khas orang ketakutan.

Zifal mendekat dengan perlahan, tubuh kecil itu bergetar membuat zifal sedih, sekecil ini sudah mengalami hal mengerikan.

Di peluknya tubuh bergetar itu, zifal mengusap pelan rambut milik anak itu yang sedikit panjang, anak itu mencengkram punggungnya dengan erat, zifal tak berani memulai pembicaraan takut anak itu malah tambah takut nantinya, jadi ia hanya mengusap pelan punggung kecil itu.

suara perut membuat zifal kesulitan menahan tawanya, anak di pelukannya ini terbangun karena lapar rupanya.

Untung saja ada tyaga yang berdiri di depan pintu dengan wajah muram, zifal meminta adiknya itu untuk menggendong bocah berambut biru itu, karena jujur zifal tak kuat pinggangnya khas sekali remaja jompo.

tak ada percakapan, walau anak itu merasa orang yang menggendongnya ini sedikit tidak ikhlas setidaknya ia tak di perlakukan jahat maupun di bunuh.

zifal mengupaskan satu buah apel untuk setidaknya mengganjal perut kecil itu selagi ia memasak.

Anak itu makan dengan lahap walau hanya apel saja, tyaga ikhlas tidak ikhlas menyuapi anak itu.

Zifal tak membuat banyak masakkan untuk sekarang, setidaknya ia akan memasak untuk orang-orang sakit ini dan untuk saudaranya nanti, mereka pastinya ingin hidangan pedas.

Zifal mengiris lobak serta wortel dengan potongan yang tak terlalu kecil, lalu membersihkan ayam yang sudah di potong kakaknya tadi siang karena bagusnya makan ayam karena tak terlalu keras untuk orang sakit.

Ayam yang di rebus lalu di tambahkan bumbu-bumbu pelengkap serta sayuran yang sudah di potong tadi ketika air sudah mendidih agar tak terlalu lembek.

Hidangan sederhana itu membuat dua anak kecil yang sudah menunggu sejak tadi hampir menumpahkan Saliva mereka karena aroma masakan yang menggoda.

karena tak tega melihat tyaga yang tampaknya juga sudah lapar [ padahal anak itu sudah makan empat puluh menit yang lalu ] zifal menyiapkan mie pedas yang di lengkapi dengan bakso yang tersisa buatan mereka kemarin di tambahkan jamur serta telur agar proteinnya tetap terpenuhi, tak apa sesekali makan mie.

zifal menepuk kursi di sebelah tyaga meminta adiknya untuk mendudukkan anak kecil itu di sana, tyaga menurut lalu menunggu kakaknya memberikan makanan yang sudah ia pandangi sejak selesai di masak.

zifal mengambil mangkuk di isi dengan nasi serta potongan ayam dan sayur.

"mau di suapi?" zifal berkata dengan lembut, sembari mengusap rambut anak itu, bocah itu menggeleng menolak tawaran zifal, tangan kecilnya menerima sendok yang zifal berikan, baru kali ini ia makan makanan mewah seperti ini, wanginya saja sangat enak, baru satu suap anak itu sudah terlihat sangat senang dan terharu bahkan sampai berkaca-kaca, tyaga mencibir melihat itu tapi ia tetap melanjutkan makannya.

"enak?" zifal duduk di depan kedua bocah itu sembari memberi makan cookies dengan sepotong apel.

Anak itu mengangguk antusias, tampaknya energinya sudah terisi penuh sampai terlihat begitu bersemangat.

"masakkan kakak kan memang selalu enak" timpal tyaga, zifal meringis melihat adiknya sudah berkeringat padahal tadi ia hanya menambahkan sedikit cabai di sana ah dan juga sedikit cabai bubuk.

zifal melangkah kebelakang, memasukki ruang ajaibnya mengambil dua gelas susu dingin di lemari pendingin.

Kembali dan memberikan segelas untuk adiknya dan segelas lagi untuk anak berambut biru itu.

Keduanya terlihat menggemaskan dengan pipi penuh, dan terlihat begitu menyukai masakkannya.

sampai keduanya selesai makan zifal baru memulai pembicaraan, tak lupa memberikan keduanya masing-masing satu cookies coklat yang pastinya makanan manis itu kesukaan tyaga.

"jangan takut, kami tak akan menyakitimu" anak itu mengangguk mendengar perkataan zifal, ia jelas tau kedua orang di hadapannya ini orang baik dari cara mereka berdua berinteraksi dan juga mereka memberikannya makanan yang belum tentu bisa ia makan walau bekerja sampai tua, makanan yang begitu nikmat belum pernah ia rasakan, biasanya ia hanya makan roti keras atau bubur cair tanpa rasa.

"jika boleh tau, siapa namamu?" tyaga berpindah tempat duduk menjadi di sebelah zifal, anak itu sudah menempel bak prangko memeluk pinggang kakaknya itu.

"seorang budak tak pantas memiliki nama" suara kecil dan bergetar terdengar di sana dengan jelas.

zifal terdiam, rasanya ia seperti sudah menanyakan pertanyaan sensitif.

"um, bagaimana jika aku memberimu nama?" anak itu mendongak mendengar perkataan zifal, jangankan memberi nama orang-orang di luar sana bahkan tak sudi berbicara dengan mereka para budak, dan orang di hadapannya ini ingin memberikan nya nama setelah memberikannya makanan, apakah ia sudah mati dan berada di surga saat ini.

Anak itu mengangguk pelan, zifal terlihat antusias ia segera memikirkan nama yang cocok untuk anak itu.

"bagiamana dengan sora?" Rambut biru itu mengingatkannya dengan langit.

"um" tak pernah terbayangkan olehnya ia akan memiliki nama, nama yang begitu indah, anak itu menunduk menangis pelan, zifal ingin memeluk anak kecil di depannya ini namun pelukan kencang di perutnya menghalang-halangi hal itu, tyaga anak itu mencebik tak mau lepas zifal hanya menghela nafas melihat tingkah anak itu.

"um" tak pernah terbayangkan olehnya ia akan memiliki nama, nama yang begitu indah, anak itu menunduk menangis pelan, zifal ingin memeluk anak kecil di depannya ini namun pelukan kencang di perutnya menghalang-halangi hal itu, tyaga anak itu mence...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

face claim sora.

Vote next update

Ano

Green

Ian

UNBELIEVABLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang