42.penipu

366 19 0
                                    

“Maaf, pemilik ponsel ini kecelakaan”

Deg

“Kecelakaan?” Beo Manda, memastikan dia tidak salah dengar
“Benar,, apa anda keluarganya?” Tanya orang diseberang telpon
“i-iya, saya adiknya” jawab Manda gelagapan
“Bisa anda datang kemari dan membawa saudara anda ke rumah sakit? Saya tidak bisa menunggu lebih lama karena saya juga masih ada urusan” jawab orang itu
“bisa saya bicara dengan saudara saya?” Tanya Manda
“Saudara anda tidak sadarkan diri” jawabnya
“dimana sekarang? Saya akan berangkat ke sana” ucap Manda
“Di jalan X, saya kirim lokasinya” orang itu mengirim lokasinya ke Manda

Tanpa pikir panjang, Manda menggunakan hijab dan cadarnya. Saat membuka pintu utama, dia berpapasan dengan Romi.

“Romi” lirih Manda
“Ada apa?” Tanya Romi khawatir, pasalnya Manda saat ini tengah menangis
“Nanda,,, dia,,, dia kecelakaan” jawab Manda dengan suara gemetar
“Dari mana kau tau?” Tanya Romi
“ada yang menelponku dan memberitahukan kalau Nanda kecelakaan” jawab Manda
“kau yakin orang itu jujur? Jaman sekarang banyak modus penipuan seperti itu” jawab Romi, sedikit tidak percaya. Bukannya tidak percaya pada Manda, tapi Romi tidak percaya dengan orang yang menghubungi Manda
“Dia menelpon menggunakan HP milik Nanda” jawab Manda
“bisa jadi dia menemukan hpnya Nanda?” sangkal Romi
“kalau kau tidak percaya, lebih baik menyingkirlah, aku harus cepat” ucap Manda mendorong tubuh Romi agar tidak menghalangi jalannya
“Tunggu,, aku ikut” Romi berjalan sedikit berlari menyusul Manda

Dalam perjalanan, Manda tak henti-henti menangis. Sesekali Romi melirik lalu kembali fokus menyetir.

“Tenangkan dirimu Nda, semua akan baik-baik saja” ucap Romi menenangkan
“tapi Nanda kecelakaan, aku tidak bisa tenang Rom” jawab Manda “Bagaimana kalau,,,”
“Stt,, jangan penuhi pikiranmu dengan hal-hal negative” Romi menyela ucapan Manda
“Baiklah, akan aku coba” ucap Manda lirih

Manda merasakan sakit pada perutnya, tapi dia berusaha menahan rasa sakit itu. Manda tidak mau Romi jadi putar balik ke rumah sakit karena tau perutnya mengalami gejala konstraksi.

“Kau kenapa?” Tanya Romi, dia melihat Manda seperti sedang menahan sakit
“Tidak apa, aku hanya cemas” jawab Manda berusaha menetralkan raut wajahnya yang tertutup cadar
“kau yakin tidak salah? Aku tidak yakin Nanda akan sampai ke sini” ucap Romi memperhatikan jalanan yang sepi
“Kita tidak pernah tau kemana Nanda ingin pergi kalau tidak diberitahu” ucap Manda, sebenarnya juga ragu kalau Nanda sampai ke sini
“Kita ambil jalan mana?” Tanya Romi saat mereka sampai dipertigaan
“Kanan” jawab Manda
“Kau yakin? Itu menuju hutan” jawab Romi memberitahu
“diMaps, kita harus belok kanan,, sekitar 1,5 KM lagi” jawab Manda
“Baiklah” Romi hanya mengikuti arahan Manda

Akhirnya mereka sampai dititik lokasi. Kosong. Tidak ada apa-apa disana, hanya jalanan kosong. Tidak ada Nanda, tidak ada orang yang menelpon tadi. Hanya ada mereka berdua. Manda merasa merinding jadinya.

“Apa,, Nanda sudah dibawa ke Rumah Sakit?” gumam Manda yang masih bisa didengar oleh Romi
“Sepertinya,, kita dikerjai” jawab Romi
“Tapi,, apa mungkin?” ucap Manda ragu
“Bisa jadi, buktinya disini kosong. Tidak ada orang selain kita berdua disini” jawab Romi memperhatikan sekeliling, entah  kenapa Romi merasa ada bahaya mengintai mereka
“Lalu ponsel Nanda gimana?” Tanya Manda
“Bisa jadi ponsel Nanda hilang dan dicuri orang yang mengerjai kita” jawab Romi meyakinkan
“Bisa Jadi” gumam Manda

Romi hanya mengangguk saja. Saat mereka akan pergi, Romi menangkap sesorang dari balik pohon dengan pistol yang dicodongkan kearah Manda, siap menembak kapan saja.

“Manda awas”

DOR

“Romi, apa yang terjadi?” Manda menatap Romi yang sekarang ada didepannya dengan peluru dipunggungnya
“Pergilah, jangan gunakan mobil, lari sebisamu” Romi menatap sekeliling, berharap hanya ada satu orang saja yang mau mencelakain Manda
“Tapi,, bagaimana denganmu?” Tanya Manda
“Pergi,, aku tidak apa, bawa pistol ini untuk jaga-jaga” ucap Romi memberikan pistol yang selalu tersimpan dibalik bajunya

Manda akhirnya nurut dan berlari meninggalkan tempat itu. saat dirasa Manda sudah cukup jauh, Romi berteriak dengan lantang.

“Keluarlah, kau sudah ketahuan” Romi menatap ke arah pohon, tempat orang yang menembaknya bersembunyi
“Sial, kau menggagalkan rencanaku” orang itu muncul dari balik pohon, ternyata seorang wanita yang sangat Romi tau
“Ternyata kau,,, jalang” ucap Romi tersenyum remeh
“Aku bukan jalang, kau mau aku menghabisimu?” ucap perempuan itu
“kalau bukan aku yang akan menghabisimu lebih dulu” ucap Romi
“Menyebalkan” ucap Wanita itu
“Tidak ku sangka kau menghianati sahabatmu sendiri, bahkan mau membunuhnya” ucap Romi tersenyum sinis
“persetan sahabat” wanita itu maju dan menyerang Romi

Baku hantam diantara 2 manusia berbeda jenis kelamin itu tak dapat dihindari. Sementara Manda, dia terus berlari tapi sakit diperutnya semakin tak terkendali.

“Bertahanlah sayang, kita berjuang sama-sama ya” Manda menusap perutnya

Sampai dipertigaan, Manda sudah tidak tahan lagi, dia terduduk lemas dijalan. Perutnya sangat sakit. Sakitnya berbeda dari kontraksi sebelumnya. Putus harapan, sepertinya Manda harus melahirkan disini. Tapi,, apa Manda bisa? Ini yang pertama baginya.

“Ya Allah, hamba pasrahkan diri hampa padamu, kalau memang hamba harus melahirkan disini, tolong mudahkanlah ya Allah” Manda berucap sambil menatap langit, Matanya sudah sakit karena dari tadi menangis tanpa henti.

Tin

Keajaiban

Ada mobil lewat dan berhenti didepan Manda. Orang dari kursi penumpang langsung turun dan menghampiri Manda.

“Kenapa Nda?”orang itu berjongkok dan menyentuh perut Manda
“Arkan,, tolong” gumam Manda

Ya,, orang itu adalah Arkan. Tadinya dia dan Lance mau mendaki, tapi malah melihat Manda terduduk lemas dijalan sambil menangis menahan sakit. Tanpa banyak bicara lagi, Arkan langsung menggendong Manda dan membawanya ke mobil.

“Ke Rumah sakit Lance” ucap Arkan panik dengan Manda yang kesakitan dalam pangkuannya
“Ck, suami lo mana si? Tiap kali lo butuh, malah Arkan aja yang ada buat lo” ucap Lance ketus pada Manda
“Gue gak punya suami, anjir” jawab Manda tak kalah ketus meski harus menahan sakit
“terus yang jagain lo dirumah sakit pas kejadian perang itu siapa? Bapak lo?” ucap Lance sewot
“Itu Kakak gue, b3go” maki Manda, dia memang butuh sesuatu buat ngelampiaskan rasa sakit diperutnya
“udah,, lo masih kuat kan?” Arkan menjadi penengah diantara Manda dan Lance, Arkan juga lega karena fakta kalau Manda sudah punya suami, itu hanya hoax
“Sakit Arkan” ucap Manda merengek
“Debay, lo tahan bentar ya, kasian mommy kesakitan” ucap Arkan dengan sebelah tangan mengusap perut Manda dan satunya lagi memeluk pinggang Manda
“sakit” Gumam Manda
“Tahan, oke? Lo perempuan kuat” ucap Arkan, menuntun kepala Manda agar menyandar di dada bidangnya.
“gue takut gak kuat” ucap Manda lirih, tenaganya sudah habis karena terus berteriak untuk menahan sakit itu
“lo kuat, lo kuat, gue yakin itu” ucap Arkan meyakinkan Manda
“Ar,,,” ucap Manda sedikit melotot saat merasakan sesuatu mengalir dis3langkangannya
“Nda,,, kok basah ya,, Please bilang kalau lo ngompol” ucap Arkan terbata-bata karena panik
“g0blok, itu ketubannya pecah beg0, pegangan” Lance manaikkan laju mobilnya agar cepat sampai rumah sakit
“Arkan,, gue takut” Manda menggenggam tangan besar Arkan dengan kuat
“Ada gue disini”

SKY PATH [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang