Arkan mengotak-atik ponselnya untuk menghubungi pihak rumah sakit agar bersiap menangani Manda. Tak lama kemudian, mobil yang ditumpangi mereka sampai dirumah sakit. Dirumah sakit sudah ada beberapa suster yang sudah standby menunggu mereka dengan membawa brankar pasien. Dengan perlahan, Arkan membaringkan Manda diatas brankar itu yang langsung didorong oleh para perawat menuju ruang bersalin.
"Maaf tuan, anda tidak boleh masuk" salah satu suster menahan Arkan yang hendak ikut masuk ke dalam untuk menemani Manda
Akhirnya dengan terpaksa, Arkan hanya bisa mendoakan Manda diruang tunggu. hatinya merasa tegang dan takut secara bersamaan. Entah apa arti dari perasaan Arkan ini, tapi dia juga tidak sabar mau menunggu bayi itu lahir. Didalam ruangan bersalin, Dokter segera mengambil tindakan terhadap Manda. Mereka yang ada disana melepas cadar yang Manda gunakan dan memasangkan alat bantu pernapasan.
"Ikuti instruksi saya nona, tenangkan diri anda, tarik nafas dalam-dalam lewat hidung dan keluarkan lewat mulut, lalu dorong" Dokter memberikan instruksi pada Manda
Manda melakukan semua yang dikatakan Dokter dengan baik, tapi bayinya masih tidak mau keluar. Tenaga Manda rasanya sudah terkuras habis. dokter menyarankan untuk melakukan operasi Cesar saja kalau Manda sudah tidak kuat, tapi Manda menolak dengan alasan ini adalah yang pertama untuknya dan dia mau anak pertamanya lahir dengan tenaganya sendiri.
2 jam lamanya Arkan menunggu diluar tapi masih belum ada tanda-tanda bayi Manda sudah lahir. Hingga Lance datang dan memberikan kabar yang membuat Arkan terkejut.
"Darimana saja kau?" Tanya Arkan
"Menjemput Romi, dia terlibat pertengkaran, bahkan adu tembak" jawab Lance
"Adu tembak? Dengan siapa? Musuh mafianya?" Tanya Arkan
"Bisa jadi, buktinya Romi sampai tak sadarkan diri dan langsung dibawa oleh anak buahnya ke rumah sakit pusat" jawab Lance
"Kira-kira siapa yang menyerangnya? Dan dimana dia ditemukan?" Lagi dan lagi Arkan bertanya
"Aku tidak tau siapa, tapi yang membuatku terkejut adalah Romi ditemukan dihutan tempat kita menemukan wanita itu" ucap Lance, wanita yang dimaksud adalah Manda karena Lance tidak tau namanya Manda
"Benarkah? Apa mungkin dia lari karena melihat Romi adu mekanik sama musuhnya?" Arkan juga masih belum tau namanya Manda
"Entahlah, kau mau menjenguk Romi?" Kini giliran Lance yang bertanya
"Tidak, dia masih didalam" ucap Arkan
Lance menghela nafas panjang. Sepertinya Arkan benar-benar sulit untuk melupakannya. Didalam ruangan itu, Manda hampir berhasil melahirkan bayinya, hampir bukan berarti sudah ya.
"Sedikit lagi nona, satu kali lagi" Dokter itu meminta Manda untuk berjuang lebih keras satu kali lagi
Manda menurutinya dan pada dorongan terakhir ini, Manda mengeluarkan semua tenaganya, kalau tidak berhasil, sepertinya Manda memilih operasi Caesar saja karena tenaganya benar-benar terkuras. Mendorong sekali lagi dengan tenaga yang ekstra dan,,,
OEKK OEKK OEKK
Suara bayi langsung menggema memenuhi ruangan itu. Perjuangan Manda tidak sia-sia, dia berhasil melahirkan pangeran kecilnya. Arkan yang juga bisa mendengar suara tangisan bayi dari dalam ruangan merasa lega, jantungnya berdebar sangat kencang. Kemudian dokter keluar dan memberikan kabar.
"Selamat tuan, bayinya laki-laki, tampan, mirip seperti tuan" ucap dokter itu kepada Arkan
"Terimakasih dokter, boleh saya menemuinya?" Tanya Arkan
"Tentu saja, tapi jangan bangunkan nona dulu, dia sedang istirahat karena tenaganya terkuras saat proses melahirkan berlangsung, saya permisi" dokter itu menjelaskan kemudian ia pergi dari sana
"Lance,," Arkan menatap Lance dengan senyum lebarnya
"Temui aja sana" Lance tidak pernah melihat Arkan sebahagia ini, jadi dia tidak akan memberitahu Arkan terlebih dahulu akan fakta kalau anak itu bukan anaknya
Arkan masuk ke dalam ruangan Manda. Manda sudah damai dalam tidurnya dengan cadar yang sudah kembali dia gunakan.
"Lihat sendiri kan? Lo itu wanita kuat, wanita hebat, gue bangga sama lo" ucap Arkan tersenyum sambil mengelus kepala Manda
"Maaf tuan, bayinya bisa di adzanin dulu" suster itu memberikan bayi mungil digendongnya pada Arkan karena dia mengira Arkan adalah ayahnya, suster itu juga meminta Arkan untuk meng-adzani bayinya Manda karena ia tau kalau didalam islam, lebih baik bayi baru lahir bisa mendengar adzan dari ayahnya, apalagi suster itu mengira kalau Arkan adalah ayahnya si bayi.
Arkan menerima bayi itu dengan tangan gemetar. Saat bayi itu aman dan nyaman dalam gendongannya, suster pamit undur diri dan menyisakan mereka bertiga. Arkan yang memang masih polos karena baru masuk islam hanya menuruti apa yang Suster itu katakan. Arkan mendekatkan mulutnya pada telinga bayi mungil digendongnya itu dan menggumamkan kalimat syahadat lalu meng-adzani bayi itu. Selesai meng-adzani, Arkan mencium setiap inci wajah dari bayi itu.
"Lo mirip banget sama gue, bro. Lo setuju ya kalau gue yang jadi daddy lo, hmm?" Arkan tersenyum memperhatikan wajah bayi yang tertidur lelap digendongnya
"Arkan,, eh kok,,," Lance datang dan terkejut melihat wajah si bayi, Lance serasa melihat Arkan tapi dalam versi bayinya
"Bayinya ganteng Lance, mirip gue, gue jadi ngga sabar denger dia manggil gue dengan sebutan, Daddy, iya kan Arga?" Arkan mencium pipi bayi itu
"Arga?" Beo Lance
"Yup, nama gue Arkan, sedangkan nama anak gue Arga" ucap Arkan
"Lo ngga bisa seenaknya ngasih nama bayi orang, Kan" Lance mengingatkan
"Tapi gue tinggal tunggu dia bangun dan ngasih tau nama yang gue pilih buat anaknya ini, dan sekalian kenalan dan ngelamar dia" ucap Arkan
"Lo mau lamar dia? Sadar Kan, dia bekas orang" ucap Lance
"Jaga mulut lo, anggap aja sebagai penanggung jawaban karena gue udah sering bersentuhan dengan dia" Arkan menatap Manda dalam-dalam
drtt drttt drttt
Lance sedikit menjauh untuk mengangkat telponnya, meninggalkan Arkan yang sedang menimang-nimang bayi. Setelah selesai urusannya, Lance menemui Arkan dan memberitahu apa yang terjadi.
"Arkan, kita harus balik ke Indonesia sekarang" ucap Lance to the point
"Buat apa?" Tanya Arkan
"Papa lo kritis"
Deg
Jawaban singkat Lance mampu membuat Arkan mematung setelah mendengarnya. Tak ingin membuang waktu lama, Arkan menuliskan sesuatu pada kertas lalu menyelipkan kertas itu pada tangan mungil si bayi. Dengan perlahan, Arkan meletakkan bayi itu pada box bayi yang ada diruangan. Sebelum pergi, Arkan mencium kening Manda cukup lama dan mendalami. Lalu Arkan menitipkan Manda dan bayinya pada suster yang tadi membantu proses persalinan Manda.
Setelah kepergian Arkan, ponsel Manda yang ada dinakas samping berbunyi menampilkan sebuah nomor asing yang menghubunginya. Suster datang tepat waktu dan menjawab panggilan itu.
"Halo, selamat malam" ucap suster
"Malam, kenapa ponsel adik saya ada pada Anda? Dimana adik saya?" Tanya Nanda
"Adik Anda baru selesai melahirkan, saat ini berada dirumah sakit" jawab suster itu
"Saya ke sana sekarang" ucap Nanda mematikan panggilan dan langsung bergegas ke rumah sakit
KAMU SEDANG MEMBACA
SKY PATH [End]
Jugendliteraturini Novel ya guys, aku awalnya up di Fizzo, cuma aku kepikiran buat up di wattpad juga hehe ceritanya menceritakan tentang seorang gadis yang hamil diluar nikah tanpa tau siapa ayah janinya saat merasa terpukul dan ingin mengaborsi bayinya, saudara...