GAFIN | 19

717 98 15
                                    

19 – Sabtu Malam, Laut, dan Hujan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

19 – Sabtu Malam, Laut, dan Hujan.

Siang yang sangat panas, membuat semua orang malas untuk pergi keluar karena akan membuat kulit mereka terbakar. Di warung mang Oding sudah ramai anak-anak Gracio seperti biasa, mereka sudah pulang sekolah sejak beberapa menit lalu, bahkan Zidan saja baru sampai.

"Inget ngga lo pada, waktu awal-awal di ajak join Gracio?" tanya Gefin membuat Rayan, Gafin, Agam, Zidan menoleh secara bersamaan.

Agam berpikir sejenak, mengulang kembali ingatan dua tahun lalu. "Ingat sih sedikit," katanya.

"Lo dulu sok nolak join kan?" tanya Zidan pada Gefin yang memang benar kenyataannya begitu. Gefin memang sempat menolak ajakan kakak kelasnya untuk gabung, namun pada akhirnya ia pun berhasil gabung karena mengetahui kembarannya ikut gabung.

Gefin melirik Gafin. "Nih ya, asal lo tau, gue beneran ngga tertarik buat gabung waktu itu, ya menurut gue buat apa juga, tapi yang bikin gue mendadak ikut gabung itu ya si Gapin, gue pikir dia bakal nolak, ternyata kagak, ya kaget lah gue."

"Gue yang ajak gabung, dia langsung mau." Rayan lah yang bicara pada Gafin, disaat tidak ada yang berani mengajak Gafin untuk gabung bersama mereka.

"Lo kenapa mau gabung, Gaf?" tanya Zidan.
Diam sejenak, "gue berharap punya keluarga baru disini."

Semuanya saling menatap satu sama lain, separah itu kah kondisi keluarga Gafin pada saat itu?

Gefin menepuk Pundak Gafin pelan, berniat untuk menyemangati Gafin, memberitahu bahwa ia tidak sendiri.

"Sekarang harapan lo beneran terjadi, ya bang?"

Gafin mengangguk pelan.

"Kalo lo?" kali ini Zidan bertanya pada Agam yang sedari tadi hanya diam saja, "kenapa lo mau ikut gabung?"

"Panjang deh ceritanya, bakal berpart-part."

"Oke, ngga usah diceritain, gua tau."

"Udah tau ngapain nanya?"

"Ya basa-basi, ntar nangis ngga ditanya."

Agam menatap sebal ke arah Zidan. Zidan berdiri dari duduknya, tetapi tertahan karena sepertinya ada yang menarik bajunya hingga membuat Zidan berdiri tidak sempurna.

"Jangan narik baju gua, Ray!" Zidan menuduh Rayan yang telah menarik bajunya.

Rayan yang merasa tidak berbuat apa-apa pun bingung, tangannya saja tidak memegang apapun. Sebelah alis Rayan terangkat. "Gue diem aja."

"Baju lo nyangkut itu dodol." Gefin tertawa melihat baju Zidan yang tersangkut dipaku kursi kayu.

Agam membantu membenarkan baju Zidan, "bentar, gue betulin dulu." Zidan diam saja pada saat Agam membantunya, baju Zidan sedikit sobek karena tersangkut.

GAFINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang