GAFIN | 31

1.3K 69 21
                                    

31 – Matcha, Coffe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

31 – Matcha, Coffe.

Untuk kesekian kalinya Gafin tidak melihat Gefin di warung mang Oding, mungkin sudah sangat sakit hati makanya Gefin sampai seperti ini.

Gefin tidak pernah seperti ini, dan ini bukan cara Gefin marah pada biasanya.

"Duduk Gaf." Agam memberikan space di sebelahnya untuk Gafin yang baru saja tiba.

Gafin mengangguk, wajahnya terlihat sedikit pucat, melirik ke kanan kiri mencari keberadaan Gefin yang memang tidak ada disana. Gafin tidak menyangka akan berakhir seperti ini, dia sangat khawatir pada Gefin.

"Gefin hari ini mau jalan sama Zeline, lo ngga usah khawatir dia baik-baik aja, jauh lebih baik. Nanti kalo ada waktu gua bantu bicara supaya dia mau pulang dan nyelesain masalah kalian." Agam juga tidak tega melihat kondisi sahabatnya ini.

Rayan mengusap punggung Gafin. "Percaya, semua bakal baik-baik aja."

Mungkin hanya itu yang bisa Agam dan Rayan berikan, karena masalah keluarga seperti ini sangat sulit untuk mereka ikut campuri.

"Gua harap juga begitu."

"Gefin juga ngga cerita banyak sama mami, mungkin dia cuma kangen sama nyokap lo." Agam menambahkan.

"Jadi lo mau kuliah dimana?" tanya Rayan barusaha mengganti topik pembicaraan.

Bukannya apa, Rayan hanya tidak mau Gafin terus berlarut dalam kesedihan.

"Lo nanya gua, apa Gafin?"

"Ya, lo berdua."

"Kalo gua ya seperti yang lo tau, itu mimpi gua dari lama," jawab Agam.

"Lo, Gaf?"

"Surabaya." Dari dulu Gafin sangat ingin kuliah disalah satu universitas yang berada di Surabaya. Jika ada kesempatan itu, Gafin tidak akan menyia-nyiakannya.

"Ternyata, dari dulu pilahan lo ngga pernah berubah." Rayan juga sudah tahu bagaimana Gafin sangat menginginkannya.

***

Usai dari warung mang Oding Gafin memutuskan untuk pulang terlebih dahulu, hanya untuk melihat apakah Gefin sudah pulang?

Nyatanya, kamarnya masih terkunci rapat.

"Gef, gua minta maaf." Gafin bergumam sambil terus melihat ke arah pintu kamar Gefin. Kakinya melanjutkan beranjak menuju tangga.

Di bawah, Gafin dikejutkan dengan kehadiran Evelyn yang tiba-tiba saja sudah menunggunya di dekat sofa.

"Mah?" panggilnya pelan.

Evelyn menoleh. Walaupun samar, dia masih bisa mendengar suara Gafin. Dengan cepat Evelyn menghampiri Gafin.

"Gaf, bisa kita bicara?"

Rasanya Gafin sudah malas mendengar kata-kata itu. Kali ini Gafin sangat Lelah dengan kondisi keluarganya yang semakin memburuk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GAFINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang