GAFIN | 23

649 69 0
                                    

23 – Every day, it's getting closer

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

23 – Every day, it's getting closer.

Sudah hampir dua puluh lima menit Gafin menunggu Rein di halaman rumahnya, tepatnya di depan gerbang yang masih terkunci rapat. Ia memang sengaja tidak mau memanggil Rein, biarkan gadis itu turun dengan sendirinya, agar tidak terburu-buru.

Tidak lama kemudian, sekitar tiga menit kemudian. Rein keluar dari rumah dan langsung mengunci pintu rumah. Tante Manda selalu mengingatkan Rein akan hal itu, sampai-sampai Rein bosan dengan kalimat 'Rein, jangan lupa kunci pintu.' Itu katanya.

Belum ada sepuluh langkah Rein sudah memberhentikan langkahnya. "Ka Gafin?" gumamnya sambil terus memperhatikan laki-laki yang tengah asyik dengan ponselnya di atas motor.

"Ka?" sapa Rein ragu, takut salah panggil.

Gafin menoleh, ternyata Rein sudah sudah berada di sebelahnya. Gafin langsung mematikan benda pipih yang sedari tadi menemaninya menunggu Rein, ke dalam saku. "Sudah siap?"

Kening Rein mengerut. "Lo nungguin gue? Gue hampir ngira kalo lo tukang paket nyasar."

"Iya, tante Manda bilang hari ini lo berangkat sendiri?"

Rein mengangguk.

"Yaudah, gue jemput lo biar ngga berangkat sendiri."

"Lo dari tadi disini?" Rein mengalihkan pembicaraan.

"Tepatnya tiga puluh menit yang lalu."

Rein cukup terkejut. "Lo kenapa ngga panggil gue?"

"Nanti lo malah buru-buru, lagian masih terlalu pagi."

Hening sejenak.

"Nanti gue turun di halte, kaya biasa ya?" tanya Rein, biasanya jika mereka berangkat bersama, Rein selalu minta Gafin untuk menurunkannya di halte dekat sekolah, ia tidak mau jadi pusat perhatian hanya karena berangkat bersama kakak kelasnya yang cukup terkenal di sekolah.

Dengan cepat Gafin menggeleng. "No, hari ini gue ngga mau ninggalin lo di halte."

"Terus maksud lo, gue ikut lo sampai parkiran?"

"Ya."

"Kak nanti kal—" ucapan Rein terpotong.

"Lo tenang aja Rein, apa yang bikin lo takut?" jawab Gafin.

Rein memasang wajah cemberut, sejujurnya ia benar-benar takut berangkat bersama Gafin. Mungkin, ia hanya segan dengan

cewek-cewek yang akan menatapnya dengan mata Elang mereka. Rein tahu banyak sekali murid yang mengagumi Gafin.

"Ngga enak aja, pasti banyak teman-teman lo, cewek-cewek yang naksir lo, mereka pasti mikir yang macem-macem, terus kalo mereka sinis terus labrak gue gimana?"

Gafin menatap dalam wajah Rein. "Ngga usah dengarin omongan orang lain, selagi lo ngga ngerugiin mereka, lakuin aja."

"Tapi, lo ngga akan paham, kak."

GAFINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang