GAFIN | 20

744 93 31
                                    

20 – Bookstore again

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

20 – Bookstore again

"Gimana semalam, seru?" tanya Manda pada Gafin yang sedang menunggu Rein, pagi ini Gafin menjemput Rein untuk pergi ke toko buku, kebetulan hari ini tidak ada tugas.

Gafin mengangguk ragu.

"Pulangnya jangan sampai larut malam ya, Gaf?" Gafin sudah izin kepada Manda untuk mengajak Rein di hari minggu ini.

Lagi-lagi Gafin mengangguk, "siap tante, sore nanti Gaf pastiin Rein sudah pulang dengan selamat tanpa lecet sedikit pun." Gafin tersenyum seperti bulan sabit.

Manda ikut tersenyum. "Baiklah."

Rein sudah selesai. Gadis itu baru saja tiba, matanya bingung menatap Manda dan juga Gafin yang sama-sama menatapnya. "Kenapa liatnya gitu?"

"Sudah?" tanya Gafin lembut. Rein mengangguk mengiyakan.

"Tante, Rei pamit dulu. Tante kalo mau pergi kabarin Rei dulu, terus jangan lupa makan, jangan capek-capek ya Tan." Rein sangat amat menyayangi Manda, karena hanya Manda yang Rein punya sekarang.

"Siap tuan puteri. Hati-hati Rei, jangan pulang larut malam." Manda mencium puncak kepala Rein.

Dalam hati, rasanya Gafin ingin tersenyum lebar melihatnya, tapi tidak bisa, ia akan malu jika tersenyum-senyum, tetap stay cool.

"Oh iya, sekali lagi makasih cookies cokelatnya. Kamu beneran ngga mau sarapan dulu Gaf?"

Rein menatap Gafin yang ternyata belum sarapan, sedikit ada rasa khawatir.

"Sama-sama Tante, ngga usah, udah biasa nanti Gaf makan diluar aja." Setelah mengatakan itu Gafin segera mengajak Rein ke halaman mengambil Motor Hitamnya.

Tidak lupa Gafin selalu menurunkan Footstep untuk Rein.

Rein tersenyum melihatanya. "Terima kasih, ka."

***

Minggu ini toko buku tidak begitu ramai, biasanya sangat ramai, mungkin orang-orang lebih memilih pergi ke tampat lain.

Cuaca sangat mendukung hari ini tidak terlalu panas, tidak juga terlalu dingin.

Banyak orang berlalu lalang di depan toko buku, hari yang cocok untuk berkumpul bersama keluarga, untuk mereka yang memiliki, jika tidak pun tidak masalah.

"Mau buku yang mana, ambil aja." Gafin meminta Rein untuk memilih buku yang ia mau.

Rein malah terdiam, bukannya memilih.

"Ini?" Gafin mengambil buku yang berjudul 'Hujan" karya Tere Liye.

Rein menggeleng, tapi tangannya teralih untuk mengambil Novel itu dari tangan Gafin. Definisi, tidak mau tapi mau. Begitulah perempuan.

"Kalo ini, gue udah punya dua di rumah." Rein meletakan kembali Novel itu ke rak buku tempat Gafin mengambil sebelumnya.

"Lo tau ngga, this book reminds me of you, Rein. Buku yang buat gue dekat sama lo. Kalo bukan karena buku lo ini ketinggalan mungkin kita ngga akan kenal."

GAFINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang