GAFIN | 24

750 79 19
                                    

24 – Jadian?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

24 – Jadian?

Beberapa kertas soal terjatuh di atas lantai yang berwarna putih bersih, seseorang berjongkok untuk mengambil kertas-kertas yang terjatuh. Gadis itu tampak terlihat buru-buru merapihkannya.

Laki-laki dengan rambut sedikit berponi yang memang sudah menjadi ciri khasnya, membantu gadis itu untuk mengambil kertas yang masih tergeletak. Fifi berdiri dari posisi awalnya, setelah tidak lagi melihat satu pun kertas di atas lantai.

Agam memberikan kertas yang berhasil ia ambil. "Nih."

"Terima kasih, Kak Agam. Kalo gitu aku pamit." Belum ada selangkah, Agam menghalangi langkah Fifi dengan mengulurkan tangannya ke hadapan Fifi, dengan jemarinya yang menggenggam ponsel.

Kerutan di kening Fifi terlihat, dia tampak bingung, "apa?"

"Id Line kamu?" Agam tersenyum kecil, ternyata Agam ada maunya.

Fifi sedikit terkejut, tidak bisa berbohong jika hatinya terus berkata 'He's so cute!' Fifi yang pada dasarnya pendiam tetap bersikap biasa saja, bahkan ekspresi wajahnya tidak berubah, pipinya pun tidak memerah karena ia bisa mengondisikan.

"Buat apa?"

"Kemarin ngga sempet minta, buat aku simpan."

Fifi terdiam sebagai jawaban tidak. Bukannya apa, masalahnya kenapa Agam tiba-tiba meminta id linenya, hal yang aneh untuk Fifi.

Agam berpikir bahwa diamnya Fifi menandakan kalo dia memang tidak mau memberika id linenya.

"Ngga maksa, kalo gitu kamu boleh pergi, hati-hati." Ponsel yang akan Agam masukan kembali ke sakunya di tahan oleh Fifi.

Tanpa aba-aba Fifi mengambil ponsel dari genggaman tangan Agam. Kemudian ia membuka Line berhubung ponselnya belum mati dan masih dalam keadaan menyala.

Ponselnya ia berikan pada Agam setelah menyimpan id Linenya. "Sudah, ada yang mau kamu bicarain lagi, kalo ngga aku mau cepet-cepet ke ruang guru?"

Dengan cepat Agam menggeleng sambil tersenyum kecil. "Ngga, terima kasih Fifi!"

Melihat punggung Fifi tidak lagi terlihat Agam tersenyum lebar, hingga gigi putihnya terlihat jelas.

"Yes, I got it." Agam dua kali melompat kesenangan. Akhirnya ia berhasil mendapatkan apa yang ia mau selama ini.

Agam membalikan tubuhnya hendak kembali ke kelasnya. Namun, betapa terkejutnya ia ketika melihat Gefin yang sudah berada tepat di belakangnya.

"Ngapain si lo, bikin kaget aja," kesal Agam.

"Lah."

"Sejak kapan lo disitu?" tanya Agam memastikan Gefin apakah melihat dirinya melompat tadi.

"Sejak lo lompat-lompat kayak katak dingdang, gila lo ya?"

GAFINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang