Prolog

2.2K 187 27
                                    

''Maaf, Mega... tapi kami harus kembali ke Jepang''- ??

''Jika kalian kembali ke Jepang, lalu aku bersama siapa?''

Megantara yang umurnya masih 10 tahun kala itu mencegah dua sepupunya yang hendak kembali pulang ke Jepang. Hingga ia di geret oleh sebuah tangan keriput dan tua di belakangnya agar menjauh darinya.

''Lepaskan aku, Nek! Aku tak mau!''

Megantara terus memberontak. Namun sang nenek menggelengkan kepalanya, tanda ia tak boleh melawan. Megantara menggigit bawah bibirnya dan menahan tangisnya.

Dua tangan mungil dari dua sepupunya menepuk kedua bahu Megantara. Dengan senyuman masing - masing, mereka mengikat janji.

''Suatu hari nanti, ayo kita bertemu lagi!''- ??

''Dan saat itu juga, ayo kita bermain voli lagi, ya!''- ???

''Janji?'' Tanya Megantara berharap. Mereka tersenyum seraya menunjukkan jari kelingking masing - masing.

''Yakusoku!'' Ucap mereka. Janji enam kelingking yang terpaut, terikat kuat sampai kapanpun. Walau mereka jauh di mata, mereka tetap dekat di hati.
_________________________________________

(BAHASA INDONESIA)

(BAHASA JEPANG)
_________________________________________

6 Tahun telah berlalu.


Stab!!

Sebuah anak panah meluncur dan menancap di papan sasaran. Suara tsurune dari busur tadi di halangi oleh ringkikan kuda yang pemanah tadi tunggangi.

Megantara. Pria bersurai hitam cepak itulah pemanah sekaligus penunggang kuda tersebut. Kini, dirinya hidup di sebuah pondok pesantren yang terbilang... dia tak cocok sama sekali.

Hal yang paling ia kurang sukai adalah setoran surah dan pengajian akbar sampai larut malam. Namun itu tidak menghalanginya untuk tetap beristiqomah dan beribadah.

Satu - satunya hal ia bisa bertahan di sini adalah selalu ikut latihan memanah sambil berkuda. Ia menghabiskan waktu luangnya di pondok dengan hal tersebut.

''Yosh! Mungkin sampai di sini saja, Afwan'' monolog Megantara seraya turun dari pelana dan mengusap kepala kuda yang selalu ia tunggangi, Afwan.

Afwan mendengkur sebagai jawaban. Megantara membawa kudanya menuju kandang dan mengunci kandang kudanya tersebut. Senja sore di atas ponpes yang Megantara lihat adalah senja terakhir yang akan ia lihat di Indonesia.

Karena besok ia akan pindah ke Jepang. Di sebabkan dirinya memiliki catatan prestasi yang luar biasa, dirinya di promosikan dan mendapat beasiswa ke luar negeri.

Megantara memilih Jepang. Karena dia sudah fasih tulisan dan bahasa di sana. Di tambah, sudah tak ada siapapun di Indonesia, neneknya sudah tiada dan kini Megantara hidup di ponpes dan sudah lulus juga.

''Akhirnya... aku bisa bertemu kalian''

***
Jepang. 16.00
.
.
.
''Alhamdulillah, Ya Allah!! Aku sampai di Jepang'' ucap Megantara menggunakan bahasa Indonesia seraya sujud syukur di lantai bandara. Orang - orang di sekitar mengiranya aneh.

Bagaimana tidak?

Dia memakai kaos putih, sarungan, pakai sorban putih. Bukan membawa koper, semua barang - barangnya di bungkus dengan kardus. Isinya adalah jajanan Indonesia, makanan cepat saji miliknya atau Indom*e serta alat rutinitasnya yang selalu ia gunakan di ponpes.

Fly (Haikyuu fanfic × Male'readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang