15. Keberadaan

723 105 5
                                    

Sendai. 20.00
.
.
.
Di sebuah gymnasium voli, masih ada anggota klub yang tengah merapikan tempat latihan mereka.

''Ne, Kageyama. Apa kau merasa jika Megantara akhir - akhir ini tidak kelihatan?'' Tanya Hinata pada partnetnya.

''Entahlah, aku pikir dia istirahat. Makanya dia tak kelihatan'' jawab Kageyama seadanya. Tsukishima hanya diam, tak seperti biasanya mulut garamnya menimpali pembicaraan mereka.

''Doushita, Tsukishima? Jarang sekali kau tak menggarami mereka'' Tanya Sugawara. ''Oi, Suga. Kau jangan memicunya'' sahut Daichi menukasnya.

''Ii'e. Aku hanya kepikiran sesuatu'' jawab Tsukishima. ''Mezurashi ne(Tumben), Tsukki'' ujar Yamaguchi. Tsukishima tak menanggapi, hanya diam seraya membenahi letak kacamatanya.

'Berati... Megantara akan keluar dari klub ini, ya...' batin Tsukishima.

Di sisi Megantara.

''Hatchim!... alhamdulillah...''

Megantara bersin lalu menggosok hidungnya. Ia berguman hamdalah. Oikawa yang berada di samping sepupunya spontan menyahutnya.

''Abdulah'' sahut Oikawa. Megantara membeo bingung dengan ucapan sepupunya. ''Ha?'' Beo Megantara.

''Abdulah. Biasanya orang muslim bilang 'Abdulah' jika bersin, kan?'' Tebak Oikawa. Megantara tengah memproses kata - kata Oikawa lalu menatap datar sepupunya.

''Alhamdulillah, Tooru. Bukan Abdulah'' koreksi Megantara. ''Makanya, jangan sok tahu, KusoOikawa'' tukas Iwaizumi lalu menimpuk kepala sahabatnya dengan buku.

Oikawa, Iwaizumi dan Megantara belajar di kamar Oikawa. Mereka berusaha untuk belajar di ujian semester nanti.

''Tokorode, bagaimana kabar kakimu?'' Tanya Iwaizumi yang masih fokus dengan pelajarannya. ''Maa... aku sedikit tertatih jika lelah. Tapi aku sudah lepas gips dan bisa berjalan dan melompat'' jawab Megantara juga sama, masih fokus dengan pelajarannya.

''Iwa- chan😓... doushiyo... aku sama sekali tak paham pelajarannya, lho. Ini bagaimana ngitungnya?'' keluh Oikawa seraya menaruh kepalanya di atas meja.

''Diam dan belajar sebiasamu, Oikawa. Salah sendiri kau selalu tidur di kelas dan melewatkan pelajaran fisika!'' tegur Iwaizumi tegas.

Megantara hanya menggeleng melihat tingkah sepupunya yang selalu mengeluh saat belajar. Ia lebih baik melanjutkan belajarnya daripada menaggapi sepupunya.

***
Karasuno. 09.00
.
.
.
''Wih!... sudah bisa jalan tanpa tongkat!'' celetuk Wakaba ceria melihat sahabatnya datang di kelas tanpa menggunakan tongkat penyangga.

''Alhamdulillah... selama terapi dan rehabilitasi dari pamanku, aku bisa berjalan tanpa tongkat penyangga. Hanya saja, aku tak kuat berjalan jika sudah lelah'' sahut Megantara lalu duduk di bangkunya.

Brak!

Tiba - tiba setumpuk kertas menggebrak meja Megantara, tentu pemiliknya terlonjak kaget seraya beristigfar.

''Astagfirullah!''- Megantara.

Seorang wanita bersurai coklat pendek yang merupakan sekretaris kelas memberikan setumpuk kertas yang sampai memuncak 20 cm. Sakamoto Rei.

''Karena kau selalu bolong absen disebabkan pemulihan, kami satu kelas berbaik hati memberikanmu fotocopy catatan kami untukmu agar kau tak ketinggalan materi. Jaa, gambatte ne'' ucap Rei dengan nada ramah- tidak, itu lebih ke deathglare face.

''A-Ah... Arigatou, etto... Sakamoto Rei- san'' ucap Megantara tergagap kaku. Rei langsung melenggang pergi, meninggalkan pemuda muslim itu duduk di bangkunya.

Fly (Haikyuu fanfic × Male'readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang