21. Anak Emas

653 92 12
                                    

''Jitsuwa ne, Megantara itu adalah pewaris beserta penerus nama marga keluarga ini. Dengan kata lain, dia adalah calon Tetua Keluarga Dronowijaya generasi ke 90''-  Kuroo.
_________________________________________

(BAHASA INDONESIA / ARAB)

(BAHASA JEPANG)
_________________________________________

Shinzen. 20.45
.
.
.
''Tetua Keluarga generasi ke 90?! Sebenarnya sejak kapan keluarga Duro- Duro...''

Kehebohan Hinata di ganti dengan kebingungannya dalam mengatakan marga keluarga Dronowijaya. Kuroo menyahut untuk mengoreksi ucapan Hinata.

''Dronowijaya. Itu salah satu marga suku Jawa di Indonesia'' koreksi Kuroo. ''Hee... sugoi na! Tapi kenapa margamu tidak seperti itu, Kuroo?'' Tanya Bokuto.

''Karena aku ikut marga Tou- san. Walau kami berbeda marga, tapi Tetua generasi ke 12  keluarga kami mengatakan dalam kitab yang ia tulis. 'Walau kita berbeda suku, etnis dan agama, kita masihlah keluarga'. Yah... begitulah'' jawab Kuroo.

''Bahkan sampai kitab. Sebenarnya seberapa besar keluarga kalian?'' Shock Sugawara walau nadanya terdengar tenang. Kuroo tersenyum simpul lalu mengganti air perasan kompres di tangan sepupunya.

''Reno- san, maksudku Ayahnya Tooru pernah bercerita. Keluarga kami pada abad ke 14 sampai abad ke 20 adalah keluarga besar. Perlahan keluarga ini semakin lama semakin berkurang. Namun tak menyurutkan tradisi kami yang turun temurun'' jelas Kuroo seraya mengompres tangan sepupunya lagi.

''Jaa... 20 di kurangi 14 sama dengan 6. Berati selama 6 abad keluarga kalian adalah keluarga besar?!!'' Ujar Ennoshita. ''Memangnya abad itu apa?'' Tanya Kageyama kebingungan.

Plak!!

Semua manusia di dalam ruangan tepuk jidak mendengar pertanyaan bodoh dari setter jenius itu. Hinata tersenyum sombong lalu menjelaskan pada partnetnya.

''Ck! Ck! Ck!... Kageyama. Kau tak tahu ya? Satu abad itu sama saja dengan seratus tahun. Masa' pelajaran SD kau tidak ingat?'' Sombong Hinata.

''T-Tentu saja tidak ingatlah, Boge!!'' Sentak Kageyama tergagap malu. ''Tumben kau pintar hari ini, Chibi'' ledek Tsukishima membuat Hinata geram.

''Ha?! Nanda kore!!'' Geram Hinata dengan nada seperti saat bertemu Lev di depan kamar mandi.

''Hei... omaera. Huruse ndayo. Megantara bisa terbangun karena kebisingan kalian'' protes Kuroo. Mereka langsung diam, merapatkan rahang mereka.

''Jadi, kulanjut. Keluarga kami memiliki tradisi dalam pemilihan Tetua. Dan itu memiliki syarat. Pertama, orang itu memiliki kekuatan tapi lemah jika terkena kekerasan secara spontan. Kedua, bisa melihat hal - hal mistis seperti hantu dan makhluk semacamnya. Ketiga, orang itu dapat membaca aksara kuno walau tak pernah di ajari bahasa tersebut'' ucap Kuroo melanjutkan.

''Aksara kuno?'' Bingung Nishinoya. ''Ya. Di Jawa ada aksara tersendiri. Bukan tulisan latin atau romawi, tapi tulisan Sansekerta. Orang yang dapat membacanya hanyalah seorang bangsawan Kerajaan Jawa pada masanya dahulu. Dan orang yang di takdirkan bisa membaca tulisan itu, merekalah yang di pilih menjadi Tetua'' jelas Kuroo.

''Aku punya pertanyaan. Bagaimana cara melihat jika calon Tetua itu memiliki kemampuan indera ke 6?'' Tanya Yamaguchi.

''Entahlah. Biasanya para Tetua yang bisa menentukan. Mereka tahu ciri - cirinya. Contohnya saja Reno- san. Dia Tetua generasi ke 89, menggantikan posisi ayahnya Megantara yang merupakan generasi ke 89. Dia memakai metode seleksi dengan cara menyeleksi kemampuan kami. Gara - gara dia, aku dan Tooru terseret ikut latihan keras bela diri sampai sabuk tertinggi dan bahkan ikut ritual'' ucap Kuroo lalu bernada kesal sat membahas Reno.

Fly (Haikyuu fanfic × Male'readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang