44. Salah Paham

522 57 4
                                        

(BAHASA JEPANG)

(BAHASA INDONESIA/ ARAB/ DSB...)
_________________________________________

Maospati. 09.00
.
.
.
Di sebuah pasar yang buka lima hari sekali, ada tiga pemuda yang mengayuh dua sepeda unta, sepeda tanpa rem dengan salah satunya membonceng karena kakinya yang di gips. Yap! Mereka adalah Oikawa, Kuroo dan Megantara.

''Kuso! Dia ternyata mengamuk. Kukira cuma memberi tahu'' umpat Kuroo. ''Mou ii. Kita memang salah karena pergi tanpa pamit'' tutur Megantara. Sampai Oikawa berhenti di depan penjual dawet, lebih tepatnya melihat pedagangnya yang seorang wanita cantik.

'Anak ini... pasti mengincar wanita itu' batin Megantara dan Kuroo memprediksi. ''Minna. Ayo beli itu! Sepertinya minuman itu terlihat enak!'' Binar Oikawa membuat kedua sepupunya spechelless. Akhirnya mereka minggir dan membeli es dawet yang terlihat segar jika dilihat - lihat.

''Mega. Tolong pesankan'' pinta Oikawa. ''Ha? Pesan sendiri kan bisa'' heran Kuroo. ''Aku masih kagok'' ujar Oikawa. ''Sudah - sudah. Akan kupesankan'' ucap Megantara menyergah mereka berdua sebelum berdebat lebih lanjut.

''Mbak. Saya pesan tiga dawet. Es sama gulannya jangan terlalu banyak'' ucap Megantara menyebutkan pesanannya. Gadis itu hanya mengangguk sebagai jawaban. Wajahnya monoton sekali. Dia mendengar percakapan pembelinya dengan bahasa luar negeri.

''Turis ya, Mas?'' Tebak gadis itu seraya memasukkan es batu dalam plastik. ''Bukan, Mbak. Asli sini. Kalau dua orang ini memang turis'' jawab Megantara. ''Oh... dari Negara mana?'' Tanya gadis itu lagi.

''Jepang'' jawab Kuroo membuat gadis itu terdiam sejenak saat mengikat plastik yang berisi es dawet itu. ''Jepang? Maksudmu Negara Jepang yang membuat anime - anime itu?'' Tebak gadis itu. Mereka hanya mengangguk dengan kekehan hambar.

'Apa orang ini otaku?' Batin Kuroo dan Oikawa su'udzon. Setelah membuat pesanan tiga serangkai itu, ia memberikan pesanannya pada Megantara. Megantara memberikan uang sesuai harga yang ditujukan.

''Matur nuwun, mbak'' ucap Megantara. ''Matur nuwun!'' Ucap Oikawa dan Kuroo ikut - ikutan. Gadis penjual tadi terdiam ditempat melihat ketiga pemuda itu mengayuh sepedanya pergi.

''Sak jane uwong Jepang tenan opo etok - etok'an? Wajahe koyo wong chino, tapi iso boso jowo. (Sebenarnya orang Jepang betulan atau pura - pura? Wajahnya seperti orang China tapi bisa bahasa Jawa)'' guman gadis itu masing bingung.

Di sisi tiga serangkai.

Slurp!!

''Ah!!... segarnya'' Ucap Oikawa merasa lega kala meminum es dawetnya dengan sedotan. ''Lumayan. Apa pemanisnya ini gula merah, Mega?'' Tanya Kuroo. ''Tidak. Itu gula pasir yang cair. Rasanya seperti gula merah itu karena airnya adalah santan kelapa'' jelas Megantara lalu menyeruput minumannya.

Mereka berkeliling pasar sampai jam 10 siang. Kemudian mereka kembali lewat jalur yang diapit oleh sawah - sawah. Saat mau kembali ke rumah, mereka menjumpai Dirgantara dan Dyah yang hendak berkunjung pada tetangga.

''Oi, kalian! Kemarilah!'' Seru Dirgantara. Mereka langsung menghampiri si paling tua diantara mereka. ''Ada apa, Bang?'' Tanya Oikawa. ''Ayo salaman sama keluarga dari Blitar. Saudaranya Ibuk'' ajak Dirgantara.

Fly (Haikyuu fanfic × Male'readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang